Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

11 November 2018

ARSIP YANG TERDALAM SESAKIT INI, MAS?!!

Hai, kali ini aku menikmati sepi di sebuah caffe kecil. Oops! Aku lupa dengan segala aktivitas yang lain. Entah, aku sulit untuk menuangkan isi hatiku. Jelasnya sih, beberapa bulan lalu itu ada yang berbeda dari semua yang kulihat. Mungkin, ini jalan takdirku kali gyus... Mencintai atau mengagumi ia si cowok yang tak pernah lepas berkeliaran di hatiku selama sembilan tahun kukenal. Aku tak tahu mengapa hatiku selalu berseru memanggilnya, menginginkannya, tetapi semua yang terlihat di mata ku itu sangat manis untuk tak terlupakan. Sedalam itukah rasa hingga lupa rasanya patah hati? Mengapa dan Kenapa serta Bagaimana bisa.
Sembilan tahun yang lalu, masih setia berteman dengan sepinya cowok yang sama. Cowok yang kutemui di masa putih biru itu. Cuek, galak, bisa banget ciri khasnya untuk tak mengalihkan hatiku. Si cowok pemilik bibir sumbing. Bukan rahasia lagi sih hubungan hatiku dengannya! Aku tahu banyak hal tentangnya. Meskipun aku terus diam, ia selalu mencoba menepiskan rasaku yang tak baik-baik saja. Lalu mengapa harus membuatku lupa pada rasanya sakit hati? Aku sadar diri kok. Kalau memang pertemuan kita itu hanya sekadar hal biasa. Namanya juga bertemu dengan teman masa lalu ya kan? Tak ada yang terindah seperti ia yang pernah kau perjuangan pada hari bahagia dengan ikatan suci. Apa kau tahu bahwa air itu telah melumuriku? Yang kusadari saat ini, mungkin aku tidak akan pernah ada pada hatimu menjadi satu-satunya. Kau sendiri masih memikirkan sosok yang pernah kauperjuangkan. Walaupun sekarang kau bilang milikku. Dari dulu aku hanya bisa mengharapkanmu dalam diam. Aku hanya ingin kaumencintaiku dengan tulus. Namun, semua tetap tak mampu kudengar kesungguhan hatimu. Mengapa hadirkan rasa yang hanya membuat kubangan kecewa tetapi masih nyaman dengannya Tuan? Aku ingin hatinya sepenuhnya. Semua mustahil kudapatkan. Usaha meluluhkan hatinya saja pun baginya bukan hal penting. Tuan, aku cuma bisa cerita kepadamu.
Seandainya mungkin, ada yang mampu benar-benar mencintaiku, menjadikan aku ratu satu-satunya digantinya, mengerti apa isi hatiku sepenuhnya, aku sangat bersyukur banget. Anganku, di malam menjelang ulang tahunku sih tepatnya. Ah, aku memang kebanyakan mimpi! Tuan, aku lelah! Aku cukup lelah! Aku ingin istirahat Tuan pada kesendirianku. Adakah keajaiban yang bisa mengubah teman sepiku ini?!? Hmm....
Kemampuanku hanya memendamkan rasa tentangnya. Ia yang tak akan pernah bisa menjadikan aku ratu dihatinya satu-satunya. Oops! Kupikir sih... Eh, kurasa bahwa aku ialah arsip buatnya. Selingan penghapus rasa bosannya juga seperti pesan-pesanku yang selalu ia tenggelamkan dengan cara diarsipkan. Kemudian barulah ia sibuk dengan yang lainnya. Buktinya, hal kecil saat telepon atau video call pun aja aku selalu di selingi dengan ia membalas pesan dari yang lainnya. Kalau pun memang ia untukku, ia akan selalu menghargai atau memahami hatiku tanpa harus kukatakan berkali-kali. Sayang, bertahanku pada kesalahan yang tak seharusnya kuambil. Kesalahanku ialah menunggu ia yang ternyata tak sama sekali menungguku. Meskipun ia ada bersamaku. Itulah cinta pengarsipan yang tertikam tajam. Tuan, salahkah bila aku sering bermimpi BAHAGIA bersama orang yang tercinta? Aku sadar diri kok! Tenang, semua rasa mencintaimu memang sangat sakit sejak dulu. Bodohnya aku selalu percaya dengan apa yang kaumau hingga aku membiarkan hatiku sendiri yang terluka tanpa memikirkan kondisi sejauh apa. Cintaku sangat tulus bukan? Ya, risiko sih, ia mungkin tak akan bisa didapatkan sesuai dengan harapanku. Andaikan, ia yang akan memberi warna bahagia di hari bahagia tambah usiaku untuk menggandengku memasuki lorong-lorong hatinya hingga menemui persinggahan sejati. Huh, semua belum terlihat jelas juga. Akan tetapi, hati kecil berkata seperti yang kuceritakan semua padamu itu. Tuan, kau yang tak pernah menggerutu mendengarkan keluh kesahku di malam yang sama. Thanks you. 

23 September 2018

CINTA PERTAMAKU SEGILA INI, MAS?!?

Seharusnya sih aku sadar jika kamu sudah main ngilang-ngilang gitu! Huft. Menyebalkan.

Hai, aku tahu kok puluhan hari kembali kita lewati. Hampir berkali-kali kita bertengkar masalah sepele. Kurasa sih kamu tetap tidak akan pernah bisa mencintaiku seperti rasa cinta tulusmu pada si dedek emes itu. Walaupun kamu selalu meyakinkan aku berkali-kali tentang perasaan sayangmu. Huhah! Sejujurnya aku penasaran, mengapa kamu mengambil hatiku untuk menuju halaman terindah? Kurasa juga waktu sejauh delapan tahun lalu itu, kamu gak akan mungkin masih mencintaiku. Ya! Seharusnya aku sadar dan paham apa yang harus kulakukan, yaitu MENINGGALKANMU.
Entah, hatiku masih sedalam ini mengharapkan kamu benar-benar tulus mencintaiku dan hanya aku satu-satunya menjadi orang teristimewamu. Kenyataan dan bukti saja sudah jelas, memang si dedek emes itu yang selalu kau prioritaskan! Karena TIDAK PERNAH ADA KITA di dalam kisah cintamu dan hatimu. Itu sih, yang terlihat jelas dari sudut pandang penilaianku.
Aku memang sangat mencintaimu sejak delapan tahun lamanya. Aku tidak akan pernah bisa mendapatkanmu. Meskipun seberapa kerasnya usahaku untuk selalu mengejar dan bertahan pada hubungan serumit ini. Tetap yang akan memenangkan hatimu itu si dedek emes. Lha, setiap kali kita teleponan juga si dedek emes itu selalu menghubungimu. Bahkan hatimu masih tetap ada untuknya. Berjuang sendirian itu sakit, Mas!
Yang aku butuhkan orang yang benar tulus, setia, dan sayang sama aku. Melihat segala macam kasusmu itu membuat hatiku semakin sakit, takut kehilangan kamu tapi aku sendiri mungkin tidak akan mampu bertahan. Sehebat inikah rasanya cinta pertama? Wahai engkau yang sedang mengisi hatiku dan menyetir pikiranku, aku ingin kau tahu bahwa aku sangat mencintaimu. Sebab, kau memang cinta pertamaku. Kau yang pertama kali membuat hatiku terbang lalu jatuh ke aspal duka. Tapi bukan kau yang pertama kalinya membuatku menangis, bangkit kembali.
Kisah cinta yang ingin kubuang jauh-jauh justru semakin melilitku. Jika memang kau serius pada ucapanmu, tolong tunjukkan bukan sekadar perjanjian manis atau rasa sayangmu yang tipu-tipu itu. Aku cukup diam, Mas. Mencintaimu dalam diam itu caraku menetralkan luka yang telah berlubang banyak. Ah, aku lelah mengais rindu dan mengadu keluhku pada diksi! Sudahlah! Waktu dua tahun lagi masih panjang dan kaupun tahu apa mauku tanpa aku harus menjelaskannya. Tolong jangan buat aku terbang yang bukan pada harapanku kembali!
Bagiku sudah cukup, kau meninggalkanku sekali pada titik tertinggimu itu dengan si manis yang pernah kau muliakan bersama dengan kerabat sedarah daging denganmu. Aku memang terpuruk lama saat mengetahui kau telah hidup bersama dengannya dulu. Mencoba ikhlas tetapi hati kecilku masih menyerukanmu sehingga aku tak pernah takut meninggalkanmu pada diamku. Terbiasa sih, mencintaimu namun kau tetap tak dapat mencintaiku. Seandainya aku mudah mengikatmu dulu, percuma! Masalah utama bersatu mungkin saja kau tidak akan menyetujui itu. 

Terima kasih, cinta pertamaku yang masih memikat sejauh ini. FNBA; si Mas cuek pencuri hatiku yang berbjbir sumbing. Maaf, aku terlalu cerewet di sini dan memiliki banyak kekurangannya bukan seperti si dedek emes itu yang berani terus mengambil hatimu dengan mudah. Aku selalu kalah cepatkan dengan wanita yang lain yang menginginkanmu, Mas? Itu sebabnya kau tak pernah bisa mencintaiku!

01 July 2018

MERINDUKANMU SEDAHSYAT INI

Dear Blogger ku...
Cukup sederhana kali ini. Ada yang berbeda di warna hatiku. Awalnya aku hanya sebatas merindukanmu dan aku telah mati karena kupikir aku tidak akan lagi mendapatkan cintamu kembali. Namun ternyata semua berbalik manis. Ah, aku tidak pandai meracik diksi romantis. Yang jelas saat ini aku rasa sangat bersyukur memiliki cintamu kembali. Padahal waktu delapan tahun itu sudah sangat lama. Entah, dari lamanya waktu telah berhasil memisahkan raga ku dan kamu. Jujur, hatiku masih tetap mencintai kamu dan kamu datang di bulan Juni untuk meminta hatiku kembali yang telah lama kau tinggalkan atas dasar rasa sayangmu sehingga kau terlalu takut menyakitiku.
“Yank,” tulismu sambil memanggilku dengan cuek dingin. Aku hanya ingin bilang kalau aku sangat mencintaimu. Meskipun aku tahu semua yang terjadi. Itu semua juga karena rasa sayangmu yang masih tulus untukku. Maaf ya yank, kalau aku kadang bawel sering menyuruhmu makan. Aku takut kehilangan kamu lagi. Aku gak mau kamu pergi ninggalin aku lagi. Cuek dinginmu itu yang memberiku ruang nyaman. Meskipun semua masih terlihat misteri manis sih. Mungkin itu masih terbesit bagimu dan bagiku.
Tenang, kupercaya hanya satu, yaitu cinta. Yank, maaf bila aku belum mampu menjadi seperti ruang nyaman di berbagai aktivitasmu. Aku tahu kok, jikalau kamu tidak mengatakan padaku dengan isyarat kecilmu itu. Oh ya yank, aku berharap kamu juga memiliki aku dan memahami isyarat hati kecilku. Oops! Hobi mancingmu itu dan segala aktivitasmu membuatku kagum loh.... Kini aku mulai benar-benar memahami apa yang sedang kamu butuhkan, lalu aku harus bagaimana. Hai yank, apapun kondisinya dan apapun masalahnya nanti, aku akan selalu setia menemanimu semampu aku hingga aku tiada. Bagiku cinta tak butuh kata tapi. Cinta hanya perlu menerima apa adanya dengan tulus.
Yank, maaf aku hanya bisa mengabadikan perasaanku tentang kisah kita pada tulisan-tulisan usangku yang beralinea ini. Jika kau membacanya, aku cukup bersyukur dan maaf ya yank, soalnya aku belum berani izin sama kamu.
Emmm yank, tolong tetap jadi orang tercintaku seperti dulu kala. Saat kita masih duduk di bangku SMP lamanya tiga tahun di dalam kelas. Kemudian kita menghabiskan waktu bersama hanya sekadar bincang kecil di rumah depan rumahku yang juga teman SD kita. Kau pasti ingat? Pertama kalinya aku merasa nyaman dengan kasih sayangmu. Mungkin kau ingat atau lupa tentang pertama kalinya kecup kening dan kecup di pipi kiriku; itu hanya kamu yang mampu melakukannya. Terima kasih yank masih menyayangiku hingga kini. Semoga apa yang kita inginkan terwujud ya yank. Aku ingin kau tahu satu hal bahwa kau tetap ada di dalam hatiku sampai kapan pun. Yank, aku kangen kamu beberapa hari ini. Maaf ya jika sering membuatmu betek atau kamu merasa aku bawelin. Hehehe. Sudah ah, aku tak mau bertele-tele. Aku sangat sayang padamu!

Untukmu cowok cuek dingin yang selalu kuledeki Bakul Areng dan kamu meledekiku Endut. Aku sangat mencintaimu!

06 April 2018

ANTRIAN RASA

Menyemburat sejingga di pusat ruangan
Tiada harap menggebu adukkan rata
Rindu semakin menderu biaskan cahaya
Pada kekata syahdu terbangkan cemas
Tuan, ke mana lagi dapat kulihat salju turun?
Di sini engkau pun tak jua bersinggah
Kuturutkan sejengkal langkah mengikutmu
Namun tetaplah jauh tak berbeda jawabnya
Ah, sudahlah!
Di nomor dua kan atau pun tidak
Bila memang menaruh antrian rasa
Tolong pertimbangkan permintaan kelabuku!

Yogyakarta, 06 April 2018

24 March 2018

KAMU MALAIKAT SEPAGI HATIKU

Dingin yang menusuk rongga hidungku hingga menjalar menyibak di dua kelopak mataku. Seakan pagi sedini ini masih tetap sama membeku abu. Di sabtu pagi, kata orang banyak yang bilang hari penghilang raut muka memurung nan hati pun ceria. Akan tetapi, bagaikan diguyur sederasnya air hujan yang tak mampu kubendung pada kalbuku. Rerintikan hari kemarin yang kunjung jua tak mereda, kilat dihamparan argumen-argumen peraba tawa mendamba candu sepahit diksi kopimu, Mas kala pagi.
Aku tak tahu mengapa sering kali kaujatuhkanku pada tempat yang memiliki radar ketinggian dari pusat semula. Rasanya aku ingin terbang melintasi dunia yang begitu ramai. Namun kenyataannya aku masih sendiri. Anganku ialah memegang setiap jengkal langkahmu melawan gemuruh badai dalam ikatan suci. Sementara lagi semua masih butuh proses. Kini yang kucemaskan adalah kau, Mas Sayaang. Entahlah, dari tinjauan berbagai macam pelega rasa. Justru aku takut kehilangan semua racikan-racikan manis dibingkai rasa sayang. Aku takut jika semuanya itu pil penenang sesaat gundahku.
Mas Sayaang yang memiliki nama unik.. Aku mau tahu seluruh isi hatimu tanpa basa-basi belaka dari runtuhnya kalbu hingga proses pemulihan ini. Kalau boleh aku jujur, hatiku semakin takut mendengar semua kebohongan manis yang enak didengarkan. Rasa sayang dan cintaku ini mulai menggaduh dahsyat menggebu-gebu, Mas.
Apakah kau masih berniat meracik diksi-diksimu setelah semuanya kembali baik-baik saja seperti awal proses pengakhiran kisah kita itu, Mas? Aku hanya sebatas tahu bahwa kau sangat sayang kepadaku dan takut kehilangan aku. Apakah kau mungkin berada di dalam makna cinta, Mas? Jika semua benar, tolong katakan padaku bahwa kau tak akan pernah meninggalkanku untuk selamanya?!
Seusai pagi ini, Mas. Aku masih memelukmu dalam beku bayang diam yang istimewa. Aku belum menemukan dirimu kembali kala awal kita baru saja menikmati rasa yang menjatuhkan dua hati pada jalan pulang. Kuakui kau sangat berbeda dari yang pernah menyinggahi ruang hatiku. Malaikatku ialah engkau, Mas Sayang. Aku selalu berdoa pada Tuhan lho, Mas! Ah, sudahlah mas sayangku! Aku hanya ingin menyampaikan secarik diksi itu saja.
Selamat pagi malaikat tercintaku.

03 March 2018

SULIT DI TEBAK SEMANIS PAGIMU

Setelah subuh, air mata yang ingin kusajikan rupanya telah mengering. Di antara cawan-cawan rerintihan, aku masih belum mampu untuk menyudahi rasa penasaranku. Perlahan mulai kupelajari kembali materi-materi agar aku terbiasa. Justru semakin memojokkan ku pada sebidang, dulu telah kudiami dan harus bergeser. Ah, sayang sekali tetap ada pada keadaan semula.
Setelah dua dari berbagai penasaranku terjawab. Kembali muncul penasaran yang baru, gitu aja terus Mas EFP. Sulit di tebak tapi manis dalam berbagai peristiwa. Lagi-lagi kau ubah kembali sesukamu. Entah, apalagi yang harus kupahami meskipun isyaratmu itu sangat kecil. Yang ingin kutahu adalah asa dari pandanganmu bukan dari sulit di tebaknya tetapi manis dalam berbagai peristiwa, Mas EFP.
Huaa... Ini kisah tentang “AKU” dan “KAMU” yang terjebak pada hipotesis logika masing-masing dan sangat diprioritaskan. Logika itu mampu terlampaui dan menyiksakan kalbu, mengapa memilih menjalani ketimbang harus mempercayai? Jika semua yang “AKU” rasakan adalah benar. Mengapa kau selalu tarik ulur lalu potong-potong kembali? Entahlah! Jalan pintas mana lagi? Huft...
Hampir lenyap keheningan dini hari ini. Oops! Rupanya telah hampir menggaduh riuh suara kokok ayam yang kudengarkan. Hehehe. Gak usah basa-basi deh! Intinya itu saja harus bagaimana aku menemukan tiap jawaban dari rasa penasaranku yang setiap hari selalunkau tambah setelah satu terjawab, Mas?! Jujur hatiku lelah mengutak-atik kata “PAS” kenyataannya saja tidak sejalan.
Mau di buat misteri gimana lagi sih bentuk dan tipe-nya? Sudahlah! Aku pusing. Itu kan tiap kali frasa kata yang kau perbincangkan denganku. Mas EFP, semua yang kau bilang padaku itu benar semua. Sayangnya, kamu tahu semua isi hatiku yang harus gimana lagi bukan? Tetapi karena itu kaurumitkan atau sengaja kau ada dan tiada kan? Aku tak tahu, yang tahu isi hatimu hanyalah kau.
Di otakku masih mempelajari materi-materi tentangmu. Walaupun tampak sih, kok sulit untuk diterjemahkan dengan mikroskop atau kacamata. Embun pagi turut menghantarkan air mataku yang kering setelah dilanda badai sediksi. Namun, kau tetaplah bungkam tanpa menjurus detailkan isi hatimu. Aduh, aku baru ingat. Jangan banyak pertanyaan ya?! Tapi aku butuh semua jawaban penting itu. Bagiku itu adalah rincian lagu terfavoritku lho, Mas EFP!
Halah, aksara bualan saja! Karena harapku itu terlalu tinggi dan aku tak mau jatuh sakit untuk kesalahan terbesar keduaku itu, Mas EFP. Lalu, haruskah aku bagaimana menentukan atau mencuri cara alami darimu? Sudah kubilang bahwa kau sulit di tebak tapi manis dalam berbagai peristiwa.
Subuh sudah lewat ternyata. Pasti kau sedang sibuk-sibuknya untuk bersiap berangkat kerja. Biasanya jam segini itu kau sedang sibuk bikin kopi dan menikmati sebatang rokok gudang garam filter sambil mengabariku sejenak. Aku rindu suara tawa kecilmu dan suara ponselku dari chatting WA-mu. Aku rindu! Apa kah kau masih menaruhkan aku pada hatimu? Terakhir kali yang kutahu adalah kisah lampau. Karena di statusmu sudah tenggelamkan namaku. Itu berarti kau benar-benar melepasku dan ingin aku membencimu, Mas EFP. Oh, sayang banget siasatmu belum mampu membuatku pergi!
Mas, selamat beraktivitas pagi ya! Aku tahu apa yang sedang kau pelajari saat ini. Aku sendiri tak tahu mengapa aku masih peduli banget denganmu. Padahal aku tahu dari semua caramu telah menyakitiku. Wow, keras kepala banget bukan? Inilah aku yang masih mempelajari materi-materi belum terjawab dari sisa rasa penasaranku itu, Mas EFP. Aku tak pamit kerja dulu ya! Emoticon smile merah dua kali.

02 March 2018

YANG TAK JENUH MENUNGGU

Delapan dua persen nol satu titik tiga delapan. Kamu tentu tidak tahan pada jari jemariku yang terus menerus mengusikmu. Kamu pun juga tidak paham, energi kinetik cinta dapat membahagiakan siapapun, begitu manis menyakitkan kapanpun. Aksara ini mungkin terlalu pedas. Pada kenyataannya sambal trasi lebih menyajikan sesuai selera kita. Aku tahu rasanya menjadi orang yang selalu kausembunyikan. Seberusaha mungkin hati tetap mengelak di depan banyak sorotan mata, kalau pun tak sayang akan mampu mengabaikan. Senyeri ini ya, menahan isak tangis yang telah membeku dalam kondisi yang panas.
Oh, kau dengungkan kembali pada percakapan kita yang manja itu tentang rindu. Aku tahu kok betapa manjanya kau. Oops! Manja abis. Sayang, itu semua tak bertahan lama. Sekejap serba dengan kata sekejap mampu kau ubah semuanya menjadi semata yang masih menyisakan kesembunyian sehingga rasa penasaran itu dalam otakku belum terpecahkan. Lantas, aku harus ke mana lagi mencari jawaban itu? Satu jawaban sudah kutemukan. Sisanya yang lain masih menggantung di pintu yang tinggi, sedangkan aku tak setinggi postur tubuhmu untuk meraih dan membukanya.
“Sesak di dadaku ini!” Pasti itu kan yang kaurasakan. Aku butuh waktu untuk mendiami semua kesalahanku yang jatuh pada langkah pertama. Berkali-kali mencoba untuk mencari kesatuan pemikiran kita, itu pun sedikit sulit beradaptasi. Fix. Aku kesal dengan kondisi seperti ini, Mas. Kucing-kucingan tak jelas, konflik batin yang menghantam mood ku. Yang kumau itu kau menjelaskan secara terperinci.
Jujur, aku masih sulit menebak-nebak hatimu. Meskipun kau mengabaikanku menjadi monster darah dingin sekali pun, aku tak tahu masih sebegitu setianya padamu, Mas untuk kutaruh dipikiranku. Pagi kali ketiga ini membisikkan seluruh pikiranku yang masih peduli dengan keadaan napas di hatimu. Ah, sudahlah! Terbuai manisanmu itu kebiasaanku tak mampu terhindari, aku malah menikmatinya. Keras kepala banget bukan? Mungkin sekeras ini rasa berlebihku kepadamu, Mas.
“Tenang kok, Nath! Hubungan kita sedang di uji,” ucapan impian darimu yang ingin sekali kupeluk manis. Semua telah hancur berkeping-keping menjadi pecahan kaca di tanah jelaga sunyi. Ketakutan yang tiap kali kukumpulkan untuk kulenyapkan.
Kini justru menyemburat hebat hingga meruntuhkan segala yang telah terjaga. Aduh, maaf aku lupa. Kau sedang sibuk sendiri menata hatimu dan memastikan hatiku baik-baik saja bukan? Ekh hemm....
Drag sit! Hujan sedini pagi ini kembali mengguyurkan memori ku yang trouble. Rintiknya mampu menyamarkan turunnya di kelopak mataku. Sesendu ini rasa hatiku yang masih tetap belum tuntas menentukan jawaban dari rasa penasaranku yang tinggi. Akan kah kali ketiga sepagi ini tak menjeli juga? Cukup! Suara hatiku mungkin sampai kepadamu, Mas. Kau menyukai hal semacam kode bukan? Oops!
Mas, aku pernah bermimpi lho! Dan ini rasanya nyata banget. Tapi aku takut untuk mengatakan padamu secara langsung. Di sini saja ya! Aku pernah bermimpi tentang kita. Namun semua telah berubah itu karena kesalahanku sendiri dan bahkan kau sendiri yang memaksaku untuk mengikuti alurnya. Benar sih, semua yang kau katakan di telepon itu. Sudah ah! Aku capek. Sayang, aku tak tidur dulu.

01 March 2018

MENGAPA MASIH SEMANIS DI PAGI KEDUA

Begitu sangat terbiasa mendengar suara pamitanmu; ucapan selamat pagi, perhatian kecil, amarahnya yang unik, ucapan pamit kerja, sejumput nasihatmu, bahkan ucapan sebelum tidur. Itu semua terakhir kalinya aku dengar di angka satu tujuh bulan dua tahun dua ribu delapan belas. Setelah itu, aku sangat terbiasa melihat tawamu yang manis hanya sebentar. Mendengar candaan sederhanamu di layar ponselku dengan ciri khas sebatang rokok menyala. Maka apa pun hal di titik terendah saat bersamamu yaitu menikmati kesunyian malam, itu pun aku masih terbiasa untuk menunggumu kembali hanya menunggu telepon darimu berjam-jam.
Kini aku juga masih terbiasa merasakan kehadiranmu menemaniku meracik diksi-diksi nan indah. Mengapa kau secepat ini membiarkanku terus-menerus betah menunggumu yang tak akan pernah kembali lagi untukku? Aku tak tahu apa yang dapat membuat hatiku merasa senyaman ini padamu, Mas EFP. Meskipun berkali-kali aku terluka karena caramu yang kalem berisyarat susah di tebak manis dalam berbagai peristiwa itu, Mas. Sendiriku ini tak tahu, mengapa aku sebegitu dalamnya masih mencintaimu. Pada akhirnya aku tahu akan terluka. 
Kau tahu aku menangisimu kala malam kau tidak bisa tidur. Kau luapkan segala perasaanmu sambil meneguk beberapa air keras di gelas-gelas kaca berkata bahwa kau sangat mencintaiku sambil menyanyikan lagu-lagu dangdut hingga larut pagi. Sesungguhnya sangatlah berat untuk melepaskan semua rasa ternyaman di kalbuku ini.
Kau juga tahu ketika aku mulai merasa sangat sayang pun tak mampu berpaling dari yang lain. Kalau boleh jujur Mas EFP, aku tak tahu dengan yang terjadi pada hatiku saat ini.
Terkadang aku merasa semua baik-baik saja. Tak ada hal buruk yang terjadi. Sama sekali semua baik. Nyatanya, aku telah kehilangan segalanya darimu. Kesepian itu bernama hidupku tanpa kau, Mas EFP. Entah sih, aku masih merasakan ada yang berdetak di kalbuku dan berharap terlalu tinggi. Lagi-lagi aku tak mampu mengasingkanmu dari duniaku ini.
Mas EFP, kau pun memaksaku untuk membiasakan diri terlepas dari hidup tanpamu yang tidak akan beriringan lagi. Berhari-hari, kau sudah berhasil melalui hidup tanpaku, berminggu belumlah genap ini kau menunjukkan rasa cintamu telah berlabuh pada yang lain. Buktinya, terakhir kali namaku sudah tidak melekat pada bagian pelepas penatmu. Semua telah berbeda mulai dari hati kecilmu itu.
Aku belum mampu sepertimu yang mudah melupakan tentang hari indah bersama sejauh berbulan-bulan tiga bulan lamanya. Mas EFP, aku ingin tahu kebenaran atas kesungguhan hatimu itu apakah pernah ada aku di atas nama cinta atau hanya sekadar pengisi sepimu saja? Itu belum sanggup kutemukan jawabannya, Mas. Mengapa Mas EFP sesulit ini hatiku untuk pergi darimu? Jujur, aku masih memintamu dalam doa yang kuceritakan pada Tuhan, Mas. Semua kutahu itu sangatlah mustahil.
Apa kau membaca diary blog sederhanaku ini? Mas EFP, mas yang dulu sering kupanggil mas sayang agar semuanya tetap indah selama tiga bulan terakhir. Tahu gak, Mas? Aku mencoba berusaha berkali-kali untuk menipu hatiku sendiri jikalau aku tak benar-benar mencintaimu setelah tahu bahwa semua harus berakhir sesakit ini. Sayang sekali, semua itu nol! Ya, seperti katamu itu saat memarahiku tetapi aku justru menyukai hal yang tidak kau suka.
Oops! Pasti sekarang kau telah menemukan orang yang tepat untuk memberimu rasa nyaman dan bahagia. Selamat ya Mas EFP yang sering aku panggil Mas Sayang. Mas yang masih membuatku berada di atas langit-langit kemegahan. Mas yang dulu mampu membuatku merasa sangat istimewa.
Kekuatan mana lagi yang harus kusadap untuk tak berpikir hidup tanpamu seperti bukan di sel-sel tahanan neraka, Mas. Aku mulai bisa merelakanmu pergi sepenuh hatiku tetapi tidak untuk melupakanmu. Bagiku kau masih hidup pada aksara-aksara indahku ini, Mas EFP. Itulah hal ketololanku yang masih saja tak mampu untuk kurevisi. Sebelum kedatanganmu, aku pun sudah terbiasa menikmati hidup bersama cinta sendiri pada dunia sajak-sajak manis yang kuracik ini tetapi bukan dengan kau Mas EFP yang sepercaya ini kujatuhkan air mataku hingga mengering. Kaulah orang yang termanis dibarisan kedua setelah Mas Sipit yang pernah kuceritakan padamu itu belum lama pergi ke tempat barunya sekitar tahun lalu di bulan Agustus berangka dua berdouble.
Oh ya, Mas EFP... Aku memang kehilangan kau selama dalam proses ini, dirimu yang masih lengkap dan utuh pantas untuk dicintai oleh orang lain yang jauh lebih baik dari mantan kekasihmu ini. Karena aku percaya, waktu penyembuh segala luka yang paling jujur hingga semua merasa baik-baik saja sedia kala.
Mas EFP, mas yang biasa terpanggil sebelum adanya julukan Mas Sayang seperti delapan tahun lalu. Sewaktu kita masih berada di putih abu-abu, yang terbutuhkan ialah maaf, bila mengecewakanmu atas seluruh rasa yang terlalu lama kuulur-ulur untuk memenuhi permintaan hatimu terdalam. Maaf bila kutak mampu meredakan lelahmu ketika itu dan malah membuatmu merasa pusing.
Aku tahu ini adalah kesalahan terbesar keduaku untuk mengikhlaskanmu pergi dengan sosok yang lain tetapi melalui dirimu sendiri, Mas. Aku merasa tak pantas untukmu. Maka dari itu, aku sengaja membiarkanmu melakukan semua yang kumau atas sesuai keinginanku sendiri.
Tuhan tahu kok Mas, kalau kita pernah saling mencintai. Itu pun jika kau benar-benar menaruhkan ku ada pada dalam hatimu. Faktanya sampai saat ini aku tak tahu ada atau tidaknya. Yang jelas itu ada pada hatiku. Lagi-lagi pagi ini masih semanis ini, Mas. Salam cintaku delapan tahun lalu telah berbalas lamanya tiga bulan.
Terima kasih untuk segala rasa yang sangat indah. Aku berharap kelak semua kembali menjadi kau yang pernah kukenal, Mas. Yang ingin kulihat adalah tatanan kehidupan hatimu yang baru itu.

28 February 2018

MASIH TENTANGMU, MAS EFP

Huft... Aku nungguin chat kamu lho! Malah sengaja semua pekerjaan penting kutinggalkan demi menunggu kamu untuk bales chat ku. Saat kamu meresponnya selalu kamu skip dengan alasan mau tidur atau gak pegang HP. Padahal aku ingin chat berjam-jam denganmu seperti awal kau memacariku. Oops! Apakah ada percakapan menyenangkan yang lain sehingga kau tak melirikku? Mustahil rasanya! Aku pun tidak ada dalam hatimu itu. Buktinya saja kau tak sabar menunggu aku berusaha penuh untuk mengimbangimu dan memahamimu, Mas EFP.
Hmm... Kau mulai membatasi semua kontak di HP-mu itu. Menelepon video pun hanya sebentar saja untuk melihat aktivitasku yang ternyata tak sesuai dengan hatimu. Baringan di kasur selalu saja yang kau tangkap oleh matamu, bukan begitu? Hello, aku tahu apa yang kau mau. Semua pekerjaanku pun sudah selesai dan sesungguhnya kau tahu apa yang sedang kukerjakan. Tetapi justru kau tidak mau memahami semua itu. Mungkin, kita ditakdirkan untuk tidak bersinggungan dekat, Mas EFP.
Hehehe. Mas EFP, aku masih nungguin chat kamu terus-terusan lho! Beberapa kali WA ku force close dan aku pun tetap masih berusaha untuk selalu ada buat kamu. Tapi kamu malah anggap semuanya itu salah total. Ah, kamu itu lho yang paling manis merobohkan semua mood di hariku. Sampai detik ini pun aku masih penasaran denganmu. Meskipun kau telah mengakhiri semuanya dengan sakit pedas-pedas gitu.
Hoahmm... Aku belum bisa tidur nyenyak hanya ingin mencari tahu jawabannya. Kapan dan harus bagaimana lagi aku harus bikin kamu menyadari jika masih ada rasa kangen di hatimu itu untukku, Mas?! Suatu saat nanti, jika aku benar-benar pergi dari kehidupan hatimu yang sejati itu. Sanggupkah kau menyenangkan ku di tempat yang tertuju kelak? Wow, aku sangat yakin dan benar-benar yakin bahwa kau si Mas EFP yang telah mencuri pusat pengendaliku tetapi tidak menyematkanku menjadi penting dalam sejarah hidupmu itu.
Hahaha. Sepuasnya kau tertawa memainkan semanis itu, Mas! Fix maximal. Gitu aja terus, Mas EFP. Aku mau tahu kapan saatnya kau menyesali akan melepaskan diriku yang berjuang mati-matian demi menyeimbangkan semua sistem di hatimu.
Untukmu Mas EFP yang masih lekat manis di hari-hariku meski ternyata aku tahu tak akan pernah ada kita. Karena yang aku tahu kita sebatas teman pengisi sepi di chatting WA dan aku mungkin adalah pelampiasan rasa amarahmu dari masa lalumu itu.

27 February 2018

MENGAPA PAGI SEMANIS INI, MAS?

Aku berharap terlalu tinggi pada kehadiranmu yang mengagungkan hatiku. Membuat semuanya indah saat kauberusaha memenuhi ruang ternyaman itu. Merangkulku hingga mengenalkanku pada seorang sahabat karibmu sebagai orang teristimewa di hatimu. Aku mulai mencintai sosokmu yang sekarat berlapis-lapis manis. Bahkan aku tak pedulikan status kita yang ternyata adalah teman pengisi kala sepi. Setelah tahu semuanya serba tak sesuai dengan keinginan hatimu itu. Mungkin sih? Hmm...
Semakin hari, kuberusaha mengasingkan agar aku tak terjebak pada titik kelemahanku; menaruhkanmu terlalu nyaman pada tempat yang sulit kuberikan pada yang lain. Oops! Ternyata membuatku sepedih ini. Hatiku terus berkelana mencari dan memanggil namamu. Sayang, setiap saat aku selalu menutupi sepedih yang sedang berkaca pada cermin terlihat tanpa celah dan bernoda. Apakah ini yang bernama tetesan air mata yang begitu teliti belum memperoleh izin leluasa? Aku sendiri tak tahu harus menemukan jawabannya pada siapa?! Aku benci pada dunia kelabu tapi tarik-menarik tak jelas!
Setiap kali aku bertanya, apakah aku ada pada hatimu? Aku selalu mencoba meyakinkan bahwa aku memang benar-benar pantas membuatmu nyaman hingga aku tak ingin seorang merebut posisi yang kumiliki. Nyatanya, aku salah! Kupikir kauakan memahami diriku yang sedang berusaha menuruti semua keinginan hatimu itu, Mas.
Awal romantis yang kauciptakan tersebut harus berujung pada titik kehilangan. Tiga hari lamanya kausudah mulai menghilang tanpa kusadari setolol ini masih menaruh rasa percayaku padamu. Ketika kekhawatiran yang kucurahkan setulus dan serela itu tak berharga di hadapan sidang ruang hatimu. Aku tak percaya, Mas! Bahwa setiap kali kebenaran itu berbicara padaku yang sudah tidak ada di dalam hati dan pikiranmu, tetap saja mengeraskan semuanya tentang aku masih ada di dalam hatimu. Tapi, nyatanya, aku tidaklah lekat kembali dan kaumeminta hatiku untuk benar-benar pergi darimu. Sanggupkah hal setajam itu melepaskan kisah, Mas?
Mengapa kaubegitu sangat manis sih untuk mencuri segalanya yang telah mampu kujaga? Mengapa kausebegitu sangat teristimewa di dalam hatiku? Pada akhirnya kaumerobohkan dinding berjarak ini. Tahu kah kau, Mas yang berinisial EFP; Mas yang pernah mencuri hatiku sekitar lima tahun lalu saat kita masih putih abu-abu? Kaumampu mengendalikanku tanpa terketahui. Sejujurnya, aku belum pernah mudah terangkul oleh siapa pun. Menata hatiku saja aku perlu waktu lama. Entah, hal apa yang ada pada sosokmu itu masih kuperbincangkan pada masa depanku dengan Tuhan?!
Setelah kau, aku tak tahu siapa lagi. Empat hari setelah melepaskanmu itu, hatiku masih sepedih ini. Namun, kausudah haha hihi hehe dengan seorang yang lain. Berbagai cara pun aku lakukan hanya ingin mengetahui aktivitasmu yang dipikiranku sudah terlintas itu. Semuanya nyaris serba membuka pita kebenaran. Aku tak tahu sedalam ini rasa yang kutautkan padamu.
Malam setelah revisian draft, kusempatkan tertawa sembari melebarkan senyumanku hanya membaca pesan singkatmu di aplikasi WA ku yang telah kaublokir itu, Mas. Manis sekali rekat pada imajinasiku. Oh, aku ingin kaudengarkan isi hatiku yang masih betah berada pada satu asa yang tak mungkin. Tapi aku harus melepaskanmu pergi, Mas. Aww! Tepat sepagi ini aku merinduimu dan masih nyaman berada pada bayang-bayangan kisah kita yang lalu.
Oh ya, Mas EFP. Kalau boleh cerita pada aksaraku ini... Aku ingin kau tahu bahwa aku sempat nekat menemuimu lho! Di stasiun kereta api telah kubayar tiket pulang pergi antara Bandung menuju Purbalingga menelusuri derasnya air hujan itu. Awalnya aku berputus asa untuk tak mendapatkan tiketnya hanya karena rasa khawatirku padamu itu terlalu besar. Sekitar tanggal 23 Febuari jam sembilan malam, kaumeluluhlantahkan semuanya! Apa kau tahu? Aku nyaris berada di tengah rel kereta api yang segigil besi dingin itu untuk tetap mengejar tiket kereta api yang terbang terbawa angin. Aku tak peduli apakah nanti akan datang malaikat baik atau tidak untuk merangkul nyawaku. Kalang kabut mencari jejakmu tapi ternyata kaumelukai pengorbananku itu hingga aku tak sadar ketika kaumemang benar-benar pergi.
Beberapa kali aku mencoba menghubungimu tanpa kupikirkan siapa aku dan resikonya, Mas. Justru mudah saja kauruntuhkan cahaya yang masih kutaruhkan tinggi-tinggi diatas segala rasa yang tersirat sempurna itu. Anehnya, aku tidak mampu mengeluarkan air mataku setelah tahu ketika seneraka ini memperjuangkanmu. Hatiku pedih tetapi tak berasa berat, hanya saja seperti mengetuk pintu lalu pergi dan menoleh tanpa kata panjang. Itu saja sih yang aku rasakan, Mas saat ini. Satu hal lagi, kau susah di tebak tapi manis dalam berbagai peristiwa. Mungkin itu yang membuat hatiku masih berharap menunggumu pulang membawa senja kelabuku yang hilang. Sudah ah, Mas. Maaf bila kaumasih memiliki aksara dan hatiku. Maaf bila mungkin ini akan membuatmu merasa resah.
Kau itu bagaikan Dilan yang hidup pada tulisan-tulisan indah. Namun tak dapat kusentuh melewati semua kisah romansa selayaknya ftv-ftv yang tayang tiap pukul sepuluh pagi. Manis sekali bukan? Aku mampu membuatmu hidup kembali pada aksara berkonflikku, semauku menyusun karakter seperti apa dan bagaimana ending cerita cintanya. Hihihii. Unik sekali bukan? Oops! Kali ini aku benar-benar menutupnya sebelum enjang berakhir. Kalau kata orang jawa itu, enjang berarti pagi. Uh

26 February 2018

SEDALAM ITU KAH MENATA PAMIT

Di bilangan yang terlalu romantis sembari mengantarkan kepergianmu. Aku tidak tahu akan berakhir sesakit ini. Mungkin ini terlalu cepat atau adanya konspirasi dari politik perasaan, itu aku tidak tahu. Kalau boleh sejujur ini, semua berawal dari rasa kagum yang tak percaya akan keseriusanmu itu, Mas. Namun semua mampu kaurubah dari yang bernama hampa diantara ruang yang berjarak antara Bandung menuju ke Purbalingga. Saat itu aku berada rerintikan deras yang mengguyur gigil demi mencapai sebuah stasiun kereta api.
Tepat di malam sabtu itu, kedatanganmu kali kedua terasa sangat manis di telingaku. Seakan-akan aku lupa tentang bagaimananya peristiwa hebat itu, Mas. Kau yang datang seketika di bulan Desember tiga hari sebelum malam tahun baru, mampu menarik ulur hatiku seperti layangan yang kauterbangkan semaumu lalu gesekkan pada tajam perputus asaan. Nyaris sangat mulus terkemas di depan kalbu dan memori otakku.
Aku masih hadir di bayang-bayangmu, seandainya angan-angan itu mampu mengiyakan semua cara hatiku menunggumu. Sayang, kaumemilih mencampakan secara halus dan parahnya aku masih nyaman pada keadaan seburuk ini. Setragis apa yang sudah menjadi konsekwensi dari cara masing-masing. Entahlah! Di otak ku ini kauselalu mengisi ruang kosongku untuk kembali berharap kepulanganmu kali kedua.
Semua itu mustahil. Rasanya dari awal memang antara hati kita yang terkadang merasa tak cocok tapi ingin memahami agar asa semata terwujudkan. Duh, aku tak tahu lagi harus menata atau menggantikan puing-puing ini. Sungguh, aku sendiri tak mampu mengeluarkan air mata hingga berdarah-darah. Apa kah kau terlalu kunyamankan pada diksi-diksi memuisiku ini? Sehingga semuanya itu terasa sangat santai, Mas.
Terkadang hal kecil yang tiap pagi sebelum kau berangkat kerja itu masih sering kutunggui lho! Telp dan vidcall hanya mendengar suara ucapan pagi yang lembut memanggil-manggil namaku itu, Mas. Sebegitu takutnya aku berlari dari diam yang sudah kutahu pada akhirnya seterluka ini. Hubungan kita yang tak mampu diselamatkan dan kaumampu hadirkan dia yang manis mungkin untuk menggantikanku. Tapi, nyatanya, aku masih berharap untukmu meminta kembali senja yang kelam ini. Ah, sudahlah!
Bagimu yang tertangkap oleh otakku ini adalah hatiku yang sedang kaujelajahi untuk menjawab rasa nyamanmu. Yang tadinya kau menggebu seambisius awal berjumpa, rupanya itu tak setajam pemikiranmu itu. Benarkah, mas? Aku sadar masih banyak kekurangannya. Semakin hari kau beri rasa nyaman dan aku selalu bilang tak percaya padamu itu. Karena aku terlalu hati-hati menjaga hatiku. Pada akhirnya kau merasa bosan dan berpikir untuk menyudahi semuanya itu.
Ingin kuluapkan semua sajak cinta yang berkelana mencari jejakmu. Wow, kau telah menutup semua aksesnya dengan jeli. Kini aku masih senyaman ini pada asa kepulanganmu kali kedua, mas mantan yang belum sempat kutemui. Aku rindu bualan sayangmu yang teramat romantis itu. Meskipun aku harus terluka dari kesalahanku sendiri yang membiarkan kau pergi memilih yang lain dan berkaca pada cermin yang sok tegar, sok tak butuh rasa kecewa. Bahkan telah mengumumkan dirinya kuat agar tak terlihat sangat rapuh. Hmm...
Maaf bila resah hatiku yang tak menentu ini. Di satu sisi aku ingin selalu bersamamu dan percaya atas semua janji yang kau kemas itu. Tapi di sisi lain, ada yang tak mampu harus di korbankan. Kalut kemelut yang sedang melanda musim hatiku ini. Mas mantan, aku tak tahu apakah kau sedang membaca aksaraku ini? Aku belum sekuat kau untuk mencari jejak yang ternyaman lainnya itu.
Untukmu yang masih menjadi teka-teki kalbuku, mas mantan keseriusan. Maaf bila kuterlalu meragukanmu beralasan bawel. Sejujurnya aku mampu menjadi seperti yang kau pinta itu. Tapi semua itu karena hatiku yang memaksa aku untuk berhati-hati, Mas. Seandainya kau tahu malam itu, aku ingin datang memelukmu dengan kenekatan. Tetapi kau terburu patahkan semua langkahku di pertengahan jalan. Mas mantan, aku masih menunggu setia untuk berada pada anganku ini. Aku pun tahu jika aku tak pantas untuk kau perjuangkan mungkin?
Di malam setelah kepergianmu karena salahku ini, aku masih menyebutmu dalam untai doa-doa kecilku yang sangat indah. Mengapa kau terbangkan semuanya itu padaku, mas? Padahal kau tahu persis isi seluruh hatiku. Jika waktu mampu mengiyakan semua kekata hatiku ini mas mantan. Hmm, bagimu aku sudahlah mati di hatimu bukan? Sudah cukup kuusaikan aksaraku ini.
Mas mantan termanis untuk seluruh isi hatiku; EFP'18. Aku ingin pamit jika memang aku harus pergi untukmu selamanya. Tapi maaf aku masih betah berada pada bayan-bayang mencintaimu dalam diam. Meskipun aku tahu ini salah. Get a life, mas mantan termanis keseriusan hati. Selamat musim apa saja. Thanks!

24 February 2018

BERKORBAN YANG MANIS

Menjelang dua empat bulan kedua di tahun dua nol satu delapan, tepat tiga bulan lamanya sepotong kisah hadir. Semua terkemas sangat indah nan rapi. Dari awal permulaan rasa telah dilendoti untuk tidak akan pernah memberi ruang. Perdebatan sengit nan manis terjadi antara dua mata hati yang dingin. Sedingin yang menggerogoti organ yang menyelimuti hatiku.
Saat itu sedang dilanda musim berbunga menebarkan wewangi seluruh jalan pejalan kaki. Seketika musim yang lain melongok untuk meruntuhkan pagar yang telah kukokohkan. Sayang, pelongok itu sangat rapi nan kuat. Diam-diam mencuri rasa resah gelisahku. Kini perlahan kuayunkan tarian tangan kanan dan kiri ku agar sejajar melangkah ke tujuan pasti.
Wow, seribu bahasa kalbu terbangkan mantra penuh kekaguman. Nyaris tertutup awan hitam pada kelopak mata hatiku. Aksara itu sangat mensyahdukan setiap jiwa-jiwa yang bosan dengan satu zona nyaman. Serius. Ya, ikatan serius menjadi topik perbincangan kita sejenak. Sangat mempesona di lubuk lekukan terdalam. Kau yang tak pernah kuimpikan sejujurnya hanya ingin kutemani. Sesaat itu kau mampu hadirkan sejuta makna terkasih.
“Nath, mau kah kau serius dengan ku untuk selamanya?” ujarnya meminta hatiku semanis mungkin. Hatiku pun masih setia dengan si pemilik musim berbunga itu. Hmm, rasanya ingin kusudahi untuk mengabaikannya. Begitu hebat aksara manisnya mendarat di hati dan telingaku. Sungguh sangat teristimewa diriku.
Uh, wow. Syarat dua tahun lamanya dan yang penuh pengorbanan pun tak mampu terpenuhi. Perlahan aku mampu membaca isyaratnya yang seketika hanya memainkan proses awal dan akhirnya saja. Jujur Tuan, di sini banyak pergulatan penuh keraguan akan kedatanganmu. Hmm...
Kaupikir hatiku mudah untuk kau kelabui? Tidak! Hingga saat ini hatiku masih menjadi pemilik musim berbunga setelah mas sipit yang kusebut rindu kedua pergi ke tempat barunya itu. Aku tak semudah yang kaubayangkan itu. Namun, kau berhasil meluluhkan hatiku yang keras hingga rasa kagum yang terlalu gengsi itu. Oops!
Hai yang kusebut mas sayaang sesungguhnya itu bukanlah kau. Tapi si pemilik musim berbunga. Pandai bukan diriku mengelabui jendela asa kalbumu? Maaf, aku lakukan siasat itu untuk terlalu takut jatuh hati pada yang tidak pantas untuk diperjuangkan. Ternyata, sehari lalu kau pun tak mengagungkan hatiku. Bahkan kini kau hancur leburkan di neraka penuh politik.
Kau bilang madu tapi yang ku terima sirsak. Prinsip yang tak mampu untuk kuajak jalan bersama. Seandainya mungkin siasatmu itu terjadi. Aku adalah orang paling bodoh yang tak pernah memandang logika perasaan. Yang kutahu Tuhan sempurnakan kasih melalui caramu itu. Karena kita tahu sama-sama bermain pada impian yang belum tak seharusnya berani diimpikan.
Berawal dari cara yang salah hingga berakhir dengan cara yang salah pula. Sejujurnya rasa memang sangat manis tak meninggalkan dercak hitam memerah di dada. Bahkan hal sepenting itu kau tak menganggap kuada pada hatimu. Itulah yang membuatku semakin yakin untuk berusaha mempelajari rasa bersabar, rela berkorban, dan pembelajaran mulia. Seandainya Tuhan mengizinkan pun tak akan terjadi. Sebab Tuhan tahu cara untuk menunjukan isi hatiku yang kupinta tiap malam sebelum dan sesudah tidur.
Untukmu pelongok hatiku yang termanis dan bukan lagi kusebut mas sayaang dalam arti imitasi. Terima kasih untuk semua masa penuh pembekalan jati diri. Mungkin kau sangat bahagia hari ini berkumpul bersama kekawanmu itu. Atas rasa kecewamu yang terpendam padaku mungkin... Maaf, jika aku terlalu sibuk mengujimu hingga kebagian terinci. Alasannya simple? Aku tak mau salah pilih dan langkah pada tujuan hidupku.
Sejujurnya selama ini hatiku masih termiliki oleh si mas sayang yang musim berbunga sedari sepuluh tahun lalu. Saat tatap pertama berjumpa di ruang OSIS. Mas sayang penyuka club Real Madrid yang tingginya sekitar 165 cm itu. Dan mas sayang ku itu selalu mengirimkan emoticon tomat merah pada aksara pembuka mataku hihihii.
Teruntukmu mas pelongok setelah sepuluh tahun lalu. Maaf untuk kesekian kalinya aku belum mampu jujur akan misteri facebook yang terjadi. Aku paham dan tepat prediksi ku sih... Bahwa kau dan mereka yang ku kenal pasti akan membully ku hingga tepat terdengar di gendang telinga menjelang dua empat bulan kedua tahun dua nol satu delapan ini. Satu hal yang tak kusuka darimu yaitu kau bukan kau yang aku kenal melebihi dirimu sendiri. Entahlah! Aku tak percaya begitu saja dengan bualan manismu. Tenang kok! Aku mampu menyandarkan rasa nyeriku ini.
Selamat untuk semua keinginan hidup barumu yang entah itu kau sengaja melukisnya atau hanya untuk berpamitan padaku. Sungguh aku tak tahu apa isi maunya hatimu itu. Kutahu pasti aku tidak lekat dalam hatimu, wahai mas pelongok. Oke. Jika kau membaca aksara pedasku ini, maaf seribu permintaan hati terdalam. Aku sangat ikhlas melepaskanmu pergi dengannya tanpa ada trik berakting. Semoga tercapai semua keinginanmu ya mas! -EFP’18-

20 February 2018

SENERAKA INI MENCINTAIMU

Empat puluh delapan jam rasanya seneraka ini. Setiap jatuh diksi manis terangkai di telinga mampu mematahkan hati yang patah sekejap menjadi melodi. Semua kupikir itu adalah pasti. Ternyata, masih ada rindu yang lain pada kalbuku. Entahlah! Aku merasa berkabut pada jelaga kesunyian ini. Karena ada rindu yang terbilang lain di atas impian semataku. Namun konflik berkaldu terlalu tak senge-slow ranting-ranting asa di pohon rindang yang berteduh itu.
Banyak lika-liku terjadi perlahan menahan derasnya penggusuran hujan di tanah dahaga. Aku ingin meronta melepaskan semua cabik pada organ yang terselimut ini. Sungguh, aku benci berada di radius seneraka ini, Tuan? Silent people dan selalu begitu menyimpan makna. Serasa sedang bermain teka-teki silang dan monopoli.
Jika memang tak mau beradu dengan jenuh, biarkanlah sejenak pergi tanpa harus sisakan sarang pencari. Ke mana aku harus pulang kali ini, Tuan? Jujur aku lelah menjamah seneraka lamanya empat puluh delapan jam ini. Kupikir tak ada rindu yang lain sedang berseteru mengaduk hingga ke saraf otak. Kini semua ingin kusandarkan tapi berkali ada bekal alasan yang mengikat. Entahlah!
Tuan, mengapa kau ciptakan lorong sepanjang seneraka ini? Aku telah memahamimu. Ya, kau belum mampu meneduhkan hatiku. Meskipun telah kuingatkan dengan sebuah isyarat. Tuan, aku masih belum mampu menempatkanmu pada rasa nyaman setelah kauguyurkan hujan di neraka empat puluh delapan jam ini.
Hatiku masih menunggui rindu yang sama. Berserakan sejak mengabad tetapi sayang itu ada padamu. Tuan, aku tak tahu apakah hal itu sama dengan hatimu dan pada dirimu? Kita sama-sama tahu kisah manis kita yang terkemas sedikit pahit. Tolong, jangan luaskan pintu senereka ini padaku? Yang kuinginkan adalah santai bukan berpendar tanpa arah. Hmm...
Boleh kah aku sejenak saja melihat seberapa besar rasa cintamu padaku, Tuan? Maaf bila aku terlalu manja berbalut naik-turunnya bendera. Sebab, aku tak mau terlalu dalam jatuh pada serpihan kaca yang terlalu panas sehingga tak mampu untuk dipadamkan. Maaf Tuan, jika semua pantas kuperjuangkan akan seturut dan sekehendak denganmu. Maka aku siap untuk mengambil resiko terbesar sekalipun. Tapi entahlah untuk saat ini, aku belum menemukan jawabmu!

03 February 2018

SEGEMURUH INI DI KALBUKU

Ada yang manis tapi benar-benar unik. Menelisik di antara dedaunan kian mendayu sepoi-sepoi mempesona. Meskipun tak kasat mata namun hati ini selalu jeli untuk menebarkan setangkai kelopak mawar. Oops! Ada yang hilang setelah sekian ribu berdetak. Huft...
Rasanya aku ingin memutar otak ku hingga tak terlalu jengah menyendiri. Di sini tanpa satu cawan nano-nano yang tumpah terasa dihalau hantaran-hantaran rayap kelabu. Sebegitu kah rasa yang terbalut hanya untuk mengintip sejenak? Uh wow, seneraka ini syahdu menyelami pemanah kalbuku? Tahukah engkau wahai pengganggu gundah gulanaku? Di sini aku tertiup topan mencabutkan akar kelabu. Menderu biru menggebu hebat bersalju.
Jelaga muram yang awalnya terabaikan. Kini mampu melirik curi manis sebongkah kalbuku.
Wahai engkau pengganggu gundah gulana ku ribuan berdetak, aku jemu tanpa sinarmu membingkai. Tolong rengkuh daku Tuan, ketika lakuku kalut kemelut? Wahai Tuan pengganggu gundah gulanaku, biarkan aku sejenak berteduh kembali singgah? Hanya tumit tipis merona tak mampu mengucap kekata hati, aku ingin memeluk badai segemeruh apapun bersama. Sekalipun harus membuyar tenggelam di tengah lautan. Bilamana hati senada arah asa pastikan mampu tersempurna.

Untukmu Tuan pengganggu gundah gulana ku ribuan berdetak, yang masih kusebut Mas Sayaang si pemilik tatapan tajam bola mata kecoklatan.

Rasa sayang tak akan mampu pergi ketika nyamannya hati. Meskipun seribu kali menolak resah dipikiran.

15 January 2018

SESINGKAT SINAR CINTAMU

Di antara lamanya berangka satu sembilan. Ada banyak rasa yang tersembunyi sangat rumit. Awalnya dingin itu telah bereaksi menggoyahkan mawar yang sempat merekah sekitar delapan tahun yang lalu. Saat itu hanya mampu berdiam menikmati rona di tumit tipisnya. Entah, aku tak tahu lagi rencana rumit apa yang sedang kautunjukan padaku Tuan? Sesingkat ini bias sinar istimewa di dalam kalbuku terasa sangat berharga. Andai kala rasa yang kian lama kupeluk itu tersampaikan, mungkin aku tak sejeli di atas pergalauan ini. Tetapi aku bersyukur jika semuanya telah sama seperti kau yang pernah kuimpikan. Meskipun kini hanya sejenak mungkin menjadi kenyataan.
Rasanya aku tak ingin berhenti tersenyum dan membasahi kalbuku ini. Jujur rasa sayang itu hadir semakin menajam hingga tanjakkan pun menajam juga. Ada yang tersisa kah mas sayang untukku? Ada jawabnya. Sayang sekali, waktu harus membuatku untuk menstabilkan semua konsetrasi yang tingkat tinggi itu Mas Sayaang. Aku tak tahu lagi harus menyederhanakan isyarat seperti apalagi. Setahuku hanya rasa sayang antara yang bersemanyam dihatiku dengan hatimu. Sungguh, semua tampak terlihat misteri istimewa pada bagian hidupku.
Jika lusa atau esok nanti, aku benar-benar harus mengikhlaskanmu. Aku siap untuk semua kisah itu menjadi sebuah pilihan. Detik ini pun aku masih mencoba percaya dengan prinsipmu mas sayang. Ternyata, cinta itu memang butuh untuk diperjuangkan tetapi bukan berarti memperjuangkan dengan cara yang salah atau kah mungkin belajar untuk mengikhlaskan sesuatu yang harus dipertahankan rupanya mampu untuk dikorbankan. Ah, sudahlah!
Aku pasrah dengan kondisi serumit ini. Mas Sayaang, kamu tahu segala hal itu. Senyuman manis kala pagi hingga berjam-jam itu berhasil mencuri ruang ternyamanku. Bahkan suara khas yang kausebutkan itu meskipun terkesan universal. Oh, pemikat manis rasa di dalam dadaku mulai menerbangkan beberapa kelompok rasa sayang yang berlebih. Sungguh, baru kali ini aku merasa sempurna menggoreskan kisah asmara itu.
Aku tahu banyak kekurangan yang ada pada diriku. Namun kau membuatnya terlihat istimewa. Bahkan kau sanggup menyenangkan hatiku. Betapa manisnya kau selalu menghadirkan sesuatu unik di dalam kisah kita itu Mas Sayaang. Seruan hatiku ingin memelukmu hingga kau jangan kembali ke arah yang salah. Doa ku selalu yang kupanjatkan jika kita benar-benar menjadi kita ya Mas Sayaang. Semoga kau tidak mencairkan air mata ternyeri untuk semua makna yang terlihat.
Mas Sayaang, aku tak minta banyak hal untuk ini itu memaksakan semuanya. Terkadang aku tertawa memicingkan kedua alisku. Tahu kah kau Mas Sayaang, ada yang kau siram di dalam hatiku menjadi bahagia. Mas Sayaang, jika kau adalah yang terbaik untuk tujuan hidupku. Tuhan pasti menunjukannya padaku. Seumpama pahit-pahitnya kita melebur beda, aku siap Mas Sayaang. Semua aku ikhlas melihatmu tersenyum dengan yang lebih pantas memikat hatimu Mas Sayaang. Waktu dua tahun yang akan datang itu bingkai cerita kepingan hati kita Mas. Hmm, kau orang yang terbaik saat ini. Hanya itu yang mampu kueskpresikan isyarat yang membuatku lega dan selepas ini meracik aksara memuisi.
Untukmu Mas Sayaang si tatapan tajam setajam cintamu padaku, hitam manis pemikat tiap cerita sederhana kisah kalbu ini.