Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

27 February 2018

MENGAPA PAGI SEMANIS INI, MAS?

Aku berharap terlalu tinggi pada kehadiranmu yang mengagungkan hatiku. Membuat semuanya indah saat kauberusaha memenuhi ruang ternyaman itu. Merangkulku hingga mengenalkanku pada seorang sahabat karibmu sebagai orang teristimewa di hatimu. Aku mulai mencintai sosokmu yang sekarat berlapis-lapis manis. Bahkan aku tak pedulikan status kita yang ternyata adalah teman pengisi kala sepi. Setelah tahu semuanya serba tak sesuai dengan keinginan hatimu itu. Mungkin sih? Hmm...
Semakin hari, kuberusaha mengasingkan agar aku tak terjebak pada titik kelemahanku; menaruhkanmu terlalu nyaman pada tempat yang sulit kuberikan pada yang lain. Oops! Ternyata membuatku sepedih ini. Hatiku terus berkelana mencari dan memanggil namamu. Sayang, setiap saat aku selalu menutupi sepedih yang sedang berkaca pada cermin terlihat tanpa celah dan bernoda. Apakah ini yang bernama tetesan air mata yang begitu teliti belum memperoleh izin leluasa? Aku sendiri tak tahu harus menemukan jawabannya pada siapa?! Aku benci pada dunia kelabu tapi tarik-menarik tak jelas!
Setiap kali aku bertanya, apakah aku ada pada hatimu? Aku selalu mencoba meyakinkan bahwa aku memang benar-benar pantas membuatmu nyaman hingga aku tak ingin seorang merebut posisi yang kumiliki. Nyatanya, aku salah! Kupikir kauakan memahami diriku yang sedang berusaha menuruti semua keinginan hatimu itu, Mas.
Awal romantis yang kauciptakan tersebut harus berujung pada titik kehilangan. Tiga hari lamanya kausudah mulai menghilang tanpa kusadari setolol ini masih menaruh rasa percayaku padamu. Ketika kekhawatiran yang kucurahkan setulus dan serela itu tak berharga di hadapan sidang ruang hatimu. Aku tak percaya, Mas! Bahwa setiap kali kebenaran itu berbicara padaku yang sudah tidak ada di dalam hati dan pikiranmu, tetap saja mengeraskan semuanya tentang aku masih ada di dalam hatimu. Tapi, nyatanya, aku tidaklah lekat kembali dan kaumeminta hatiku untuk benar-benar pergi darimu. Sanggupkah hal setajam itu melepaskan kisah, Mas?
Mengapa kaubegitu sangat manis sih untuk mencuri segalanya yang telah mampu kujaga? Mengapa kausebegitu sangat teristimewa di dalam hatiku? Pada akhirnya kaumerobohkan dinding berjarak ini. Tahu kah kau, Mas yang berinisial EFP; Mas yang pernah mencuri hatiku sekitar lima tahun lalu saat kita masih putih abu-abu? Kaumampu mengendalikanku tanpa terketahui. Sejujurnya, aku belum pernah mudah terangkul oleh siapa pun. Menata hatiku saja aku perlu waktu lama. Entah, hal apa yang ada pada sosokmu itu masih kuperbincangkan pada masa depanku dengan Tuhan?!
Setelah kau, aku tak tahu siapa lagi. Empat hari setelah melepaskanmu itu, hatiku masih sepedih ini. Namun, kausudah haha hihi hehe dengan seorang yang lain. Berbagai cara pun aku lakukan hanya ingin mengetahui aktivitasmu yang dipikiranku sudah terlintas itu. Semuanya nyaris serba membuka pita kebenaran. Aku tak tahu sedalam ini rasa yang kutautkan padamu.
Malam setelah revisian draft, kusempatkan tertawa sembari melebarkan senyumanku hanya membaca pesan singkatmu di aplikasi WA ku yang telah kaublokir itu, Mas. Manis sekali rekat pada imajinasiku. Oh, aku ingin kaudengarkan isi hatiku yang masih betah berada pada satu asa yang tak mungkin. Tapi aku harus melepaskanmu pergi, Mas. Aww! Tepat sepagi ini aku merinduimu dan masih nyaman berada pada bayang-bayangan kisah kita yang lalu.
Oh ya, Mas EFP. Kalau boleh cerita pada aksaraku ini... Aku ingin kau tahu bahwa aku sempat nekat menemuimu lho! Di stasiun kereta api telah kubayar tiket pulang pergi antara Bandung menuju Purbalingga menelusuri derasnya air hujan itu. Awalnya aku berputus asa untuk tak mendapatkan tiketnya hanya karena rasa khawatirku padamu itu terlalu besar. Sekitar tanggal 23 Febuari jam sembilan malam, kaumeluluhlantahkan semuanya! Apa kau tahu? Aku nyaris berada di tengah rel kereta api yang segigil besi dingin itu untuk tetap mengejar tiket kereta api yang terbang terbawa angin. Aku tak peduli apakah nanti akan datang malaikat baik atau tidak untuk merangkul nyawaku. Kalang kabut mencari jejakmu tapi ternyata kaumelukai pengorbananku itu hingga aku tak sadar ketika kaumemang benar-benar pergi.
Beberapa kali aku mencoba menghubungimu tanpa kupikirkan siapa aku dan resikonya, Mas. Justru mudah saja kauruntuhkan cahaya yang masih kutaruhkan tinggi-tinggi diatas segala rasa yang tersirat sempurna itu. Anehnya, aku tidak mampu mengeluarkan air mataku setelah tahu ketika seneraka ini memperjuangkanmu. Hatiku pedih tetapi tak berasa berat, hanya saja seperti mengetuk pintu lalu pergi dan menoleh tanpa kata panjang. Itu saja sih yang aku rasakan, Mas saat ini. Satu hal lagi, kau susah di tebak tapi manis dalam berbagai peristiwa. Mungkin itu yang membuat hatiku masih berharap menunggumu pulang membawa senja kelabuku yang hilang. Sudah ah, Mas. Maaf bila kaumasih memiliki aksara dan hatiku. Maaf bila mungkin ini akan membuatmu merasa resah.
Kau itu bagaikan Dilan yang hidup pada tulisan-tulisan indah. Namun tak dapat kusentuh melewati semua kisah romansa selayaknya ftv-ftv yang tayang tiap pukul sepuluh pagi. Manis sekali bukan? Aku mampu membuatmu hidup kembali pada aksara berkonflikku, semauku menyusun karakter seperti apa dan bagaimana ending cerita cintanya. Hihihii. Unik sekali bukan? Oops! Kali ini aku benar-benar menutupnya sebelum enjang berakhir. Kalau kata orang jawa itu, enjang berarti pagi. Uh