Saat kau genggam erat
kedua tanganku, hatiku tak bisa berhenti merasakan perasaan yang indah bahkan
begitu ajaib semua yang kurasakan itu. Selalu tercipta suasana baru. Sikapmu
yang begitu cuek itu menyelipkan sebuah perhatian yang sulit aku cerna dari
otakku. Karisma yang berada di dalam dirimu begitu sangat hebat memberikan hal –
hal yang selalu indah. Mungkin, aku mengagumimu hari ini. Namun, serasa berbeda
setiap kali bertemu dengan sosokmu yang seperti artistokrat itu.
Kau pintar memainkan
sebuah rumus – rumus seakan – akan aku harus mempelajari rumus – rumus fisika
dan kimia itu lebih dalam. Apakah kamu akan mengajari aku tentang rumus – rumus
itu seperti saat indahnya kota perwira diguyur air hujan? Inilah rumus - rumus cintamu untukku? Aku selalu bertanya –
tanya tentang hal itu. Namun, selalu kuurungkan niatku. Senyumanmu saat
pertemuan terakhir itu masih mengebat erat di dalam hatiku. Ingin kuutarakan
rasa rindu yang menggebu – gebu ini, pasti semua akan diabaikan. Aku tidak
berharap banyak darimu. Aku yang selalu ingin kamu perhatikan dengan cara
apapun kamu tetap diam. Ya, fase diam dan fase gerak itu semua adalah teknik
sikapmu yang seperti kromatografi. Semakin takut aku kehilangan sosokmu.
Aku kira jarak yang
cukup panjang itu akan memisahkan aku dan dirimu. Sebuah perjalanan panjang
demi masa depan kita berjuang bersama tepat pada tanggal dua belas juli dua
ribu tiga belas, kita di ikhrarkan terpisah. Sakit saat aku mendengar dan
mengetahui sosokmu memang harus benar – benar hilang dari hadapan bola mataku. Aku rapuh,
seketika aku merasa hancur – lebur hidupku tak berarti. Ku coba bangkit secara
perlahan – lahan dalam dua minggu itu, namun alhasil masih tetap nol. Ku
kirimkan message untukmu, tak satupun kamu membalas message ku.
Kamu pergi begitu saja.
Sangat datar perjalanan sepenggal kisah ini. Kamu di kota peristiwa pertempuran
lima hari dan aku di kota metropolitan, yang harus bisa menjaga diri dari
segala macam godaan. Dunia ini memang keras dan tak selebar daun kelor. Setiap
malam aku mainkan tut’s hitam dan putih itu untuk kamu. Setengah mati merindu,
tentunya merindukan sosokmu yang jauh di sana. AKU INGIN KAMU TAHU, AKU DISINI
MENANTIMU !! TAPI APA MUNGKIN KAMU SELALU MENUNGGU AKU?? TAHU PERASAANMU LEBIH
DALAM SAJA AKU TIDAK TAHU?? KAMU TOLOL, NTHAAA!! DIA TAK MUNGKIN DATANG MEMINTA
HATIMU !!!
Ku rebahkan bahuku di
pulau kapuk, ku tangisi kesedihanku, ku ratapi sepenggal kisah yang begitu
singat dan padat ini. Dua september dua ribu tiga belas aku bergegas meninggalkan
kota perwira, menerobos dinginnya angin malam di stasiun gambir. Menapakkan
sejengkal langkah, ku rasa aku akan temukan sesuatu yang lebih berharga di
sana. Aku mengantapkan semua dengan kerendahan hatiku. Suasana baru, hidup
baru, buang masa lalu, bangkit dari keterpurukan. If you want to do something
and feel it in your bones that it’s the right thing to do, do it. Aku
tersenyum, membiarkan laptopku menyala dan menulis sebuah upstat di faceebook
ku.