Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

24 February 2018

BERKORBAN YANG MANIS

Menjelang dua empat bulan kedua di tahun dua nol satu delapan, tepat tiga bulan lamanya sepotong kisah hadir. Semua terkemas sangat indah nan rapi. Dari awal permulaan rasa telah dilendoti untuk tidak akan pernah memberi ruang. Perdebatan sengit nan manis terjadi antara dua mata hati yang dingin. Sedingin yang menggerogoti organ yang menyelimuti hatiku.
Saat itu sedang dilanda musim berbunga menebarkan wewangi seluruh jalan pejalan kaki. Seketika musim yang lain melongok untuk meruntuhkan pagar yang telah kukokohkan. Sayang, pelongok itu sangat rapi nan kuat. Diam-diam mencuri rasa resah gelisahku. Kini perlahan kuayunkan tarian tangan kanan dan kiri ku agar sejajar melangkah ke tujuan pasti.
Wow, seribu bahasa kalbu terbangkan mantra penuh kekaguman. Nyaris tertutup awan hitam pada kelopak mata hatiku. Aksara itu sangat mensyahdukan setiap jiwa-jiwa yang bosan dengan satu zona nyaman. Serius. Ya, ikatan serius menjadi topik perbincangan kita sejenak. Sangat mempesona di lubuk lekukan terdalam. Kau yang tak pernah kuimpikan sejujurnya hanya ingin kutemani. Sesaat itu kau mampu hadirkan sejuta makna terkasih.
“Nath, mau kah kau serius dengan ku untuk selamanya?” ujarnya meminta hatiku semanis mungkin. Hatiku pun masih setia dengan si pemilik musim berbunga itu. Hmm, rasanya ingin kusudahi untuk mengabaikannya. Begitu hebat aksara manisnya mendarat di hati dan telingaku. Sungguh sangat teristimewa diriku.
Uh, wow. Syarat dua tahun lamanya dan yang penuh pengorbanan pun tak mampu terpenuhi. Perlahan aku mampu membaca isyaratnya yang seketika hanya memainkan proses awal dan akhirnya saja. Jujur Tuan, di sini banyak pergulatan penuh keraguan akan kedatanganmu. Hmm...
Kaupikir hatiku mudah untuk kau kelabui? Tidak! Hingga saat ini hatiku masih menjadi pemilik musim berbunga setelah mas sipit yang kusebut rindu kedua pergi ke tempat barunya itu. Aku tak semudah yang kaubayangkan itu. Namun, kau berhasil meluluhkan hatiku yang keras hingga rasa kagum yang terlalu gengsi itu. Oops!
Hai yang kusebut mas sayaang sesungguhnya itu bukanlah kau. Tapi si pemilik musim berbunga. Pandai bukan diriku mengelabui jendela asa kalbumu? Maaf, aku lakukan siasat itu untuk terlalu takut jatuh hati pada yang tidak pantas untuk diperjuangkan. Ternyata, sehari lalu kau pun tak mengagungkan hatiku. Bahkan kini kau hancur leburkan di neraka penuh politik.
Kau bilang madu tapi yang ku terima sirsak. Prinsip yang tak mampu untuk kuajak jalan bersama. Seandainya mungkin siasatmu itu terjadi. Aku adalah orang paling bodoh yang tak pernah memandang logika perasaan. Yang kutahu Tuhan sempurnakan kasih melalui caramu itu. Karena kita tahu sama-sama bermain pada impian yang belum tak seharusnya berani diimpikan.
Berawal dari cara yang salah hingga berakhir dengan cara yang salah pula. Sejujurnya rasa memang sangat manis tak meninggalkan dercak hitam memerah di dada. Bahkan hal sepenting itu kau tak menganggap kuada pada hatimu. Itulah yang membuatku semakin yakin untuk berusaha mempelajari rasa bersabar, rela berkorban, dan pembelajaran mulia. Seandainya Tuhan mengizinkan pun tak akan terjadi. Sebab Tuhan tahu cara untuk menunjukan isi hatiku yang kupinta tiap malam sebelum dan sesudah tidur.
Untukmu pelongok hatiku yang termanis dan bukan lagi kusebut mas sayaang dalam arti imitasi. Terima kasih untuk semua masa penuh pembekalan jati diri. Mungkin kau sangat bahagia hari ini berkumpul bersama kekawanmu itu. Atas rasa kecewamu yang terpendam padaku mungkin... Maaf, jika aku terlalu sibuk mengujimu hingga kebagian terinci. Alasannya simple? Aku tak mau salah pilih dan langkah pada tujuan hidupku.
Sejujurnya selama ini hatiku masih termiliki oleh si mas sayang yang musim berbunga sedari sepuluh tahun lalu. Saat tatap pertama berjumpa di ruang OSIS. Mas sayang penyuka club Real Madrid yang tingginya sekitar 165 cm itu. Dan mas sayang ku itu selalu mengirimkan emoticon tomat merah pada aksara pembuka mataku hihihii.
Teruntukmu mas pelongok setelah sepuluh tahun lalu. Maaf untuk kesekian kalinya aku belum mampu jujur akan misteri facebook yang terjadi. Aku paham dan tepat prediksi ku sih... Bahwa kau dan mereka yang ku kenal pasti akan membully ku hingga tepat terdengar di gendang telinga menjelang dua empat bulan kedua tahun dua nol satu delapan ini. Satu hal yang tak kusuka darimu yaitu kau bukan kau yang aku kenal melebihi dirimu sendiri. Entahlah! Aku tak percaya begitu saja dengan bualan manismu. Tenang kok! Aku mampu menyandarkan rasa nyeriku ini.
Selamat untuk semua keinginan hidup barumu yang entah itu kau sengaja melukisnya atau hanya untuk berpamitan padaku. Sungguh aku tak tahu apa isi maunya hatimu itu. Kutahu pasti aku tidak lekat dalam hatimu, wahai mas pelongok. Oke. Jika kau membaca aksara pedasku ini, maaf seribu permintaan hati terdalam. Aku sangat ikhlas melepaskanmu pergi dengannya tanpa ada trik berakting. Semoga tercapai semua keinginanmu ya mas! -EFP’18-