Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

02 March 2018

YANG TAK JENUH MENUNGGU

Delapan dua persen nol satu titik tiga delapan. Kamu tentu tidak tahan pada jari jemariku yang terus menerus mengusikmu. Kamu pun juga tidak paham, energi kinetik cinta dapat membahagiakan siapapun, begitu manis menyakitkan kapanpun. Aksara ini mungkin terlalu pedas. Pada kenyataannya sambal trasi lebih menyajikan sesuai selera kita. Aku tahu rasanya menjadi orang yang selalu kausembunyikan. Seberusaha mungkin hati tetap mengelak di depan banyak sorotan mata, kalau pun tak sayang akan mampu mengabaikan. Senyeri ini ya, menahan isak tangis yang telah membeku dalam kondisi yang panas.
Oh, kau dengungkan kembali pada percakapan kita yang manja itu tentang rindu. Aku tahu kok betapa manjanya kau. Oops! Manja abis. Sayang, itu semua tak bertahan lama. Sekejap serba dengan kata sekejap mampu kau ubah semuanya menjadi semata yang masih menyisakan kesembunyian sehingga rasa penasaran itu dalam otakku belum terpecahkan. Lantas, aku harus ke mana lagi mencari jawaban itu? Satu jawaban sudah kutemukan. Sisanya yang lain masih menggantung di pintu yang tinggi, sedangkan aku tak setinggi postur tubuhmu untuk meraih dan membukanya.
“Sesak di dadaku ini!” Pasti itu kan yang kaurasakan. Aku butuh waktu untuk mendiami semua kesalahanku yang jatuh pada langkah pertama. Berkali-kali mencoba untuk mencari kesatuan pemikiran kita, itu pun sedikit sulit beradaptasi. Fix. Aku kesal dengan kondisi seperti ini, Mas. Kucing-kucingan tak jelas, konflik batin yang menghantam mood ku. Yang kumau itu kau menjelaskan secara terperinci.
Jujur, aku masih sulit menebak-nebak hatimu. Meskipun kau mengabaikanku menjadi monster darah dingin sekali pun, aku tak tahu masih sebegitu setianya padamu, Mas untuk kutaruh dipikiranku. Pagi kali ketiga ini membisikkan seluruh pikiranku yang masih peduli dengan keadaan napas di hatimu. Ah, sudahlah! Terbuai manisanmu itu kebiasaanku tak mampu terhindari, aku malah menikmatinya. Keras kepala banget bukan? Mungkin sekeras ini rasa berlebihku kepadamu, Mas.
“Tenang kok, Nath! Hubungan kita sedang di uji,” ucapan impian darimu yang ingin sekali kupeluk manis. Semua telah hancur berkeping-keping menjadi pecahan kaca di tanah jelaga sunyi. Ketakutan yang tiap kali kukumpulkan untuk kulenyapkan.
Kini justru menyemburat hebat hingga meruntuhkan segala yang telah terjaga. Aduh, maaf aku lupa. Kau sedang sibuk sendiri menata hatimu dan memastikan hatiku baik-baik saja bukan? Ekh hemm....
Drag sit! Hujan sedini pagi ini kembali mengguyurkan memori ku yang trouble. Rintiknya mampu menyamarkan turunnya di kelopak mataku. Sesendu ini rasa hatiku yang masih tetap belum tuntas menentukan jawaban dari rasa penasaranku yang tinggi. Akan kah kali ketiga sepagi ini tak menjeli juga? Cukup! Suara hatiku mungkin sampai kepadamu, Mas. Kau menyukai hal semacam kode bukan? Oops!
Mas, aku pernah bermimpi lho! Dan ini rasanya nyata banget. Tapi aku takut untuk mengatakan padamu secara langsung. Di sini saja ya! Aku pernah bermimpi tentang kita. Namun semua telah berubah itu karena kesalahanku sendiri dan bahkan kau sendiri yang memaksaku untuk mengikuti alurnya. Benar sih, semua yang kau katakan di telepon itu. Sudah ah! Aku capek. Sayang, aku tak tidur dulu.

No comments:

Post a Comment