Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

17 September 2015

Ksatria Kalbuku

Aku selalu ingat tentang rumus deret yang selalu kau ajarkan kepadaku. Kali ini bukan rumus deret matematika itu. Akan tetapi, deretan angka satu tujuh nol sembilan. Rasanya, aku tak ingin terlambat melewatkan moment saat ini. Sebelum hari ini berlalu merdu, move on ke hari kemarin. Aku hanya ingin mengucapkan syukurku telah mengenalmu sejauh ini. Meskipun kutahu pada akhirnya kita tak lagi saling terjaga.

Kepergianmu benar-benar membuatku sibuk mencari obat penawar setiap goresan aksaramu. Anehnya, sosokmu yang seringkali menyakitiku, aku tak pernah mengeluh dan memilih pergi menjauhimu. Bodohkah aku? Ah, itu yang kusebut pengorbanan tanpa syarat.

Kulihat jingga tak lagi berdebu. Sosokmu yang selalu kukagumi bahkan mengendalikan otakku setiap saat. Kini kau semakin dewasa dan kuharap beberapa sikapmu bisa berubah seperti power rangers dan naruto, kartun kesayanganmu yang kerap sekali kau ceritakan padaku, dulu tiga tahun lalu kita bersama.

Kutahu itu mustahil bisa dekat denganmu lagi. Bisa menatap kembali wajah ksatriamu yang tampan lebih lama. Aku disini hanya menangis diam-diam menyebut namamu dalam percakapan panjangku dengan Tuhan dan menumpahkan segala air mataku hingga berlembar-lembar goresan jari jemariku hadir untukmu.

Apakah kau tahu, aku segila ini memperjuangkanmu dengan mengatasnamakan cinta? Sayangnya, kau tak pernah paham dengan letupan keras isyaratku yang menyelinap diberbagai moment. Aku mencintaimu dengan cara gilaku memperjuangkanmu. Entahlah, hatiku ini terbuat dari apa? Aku tidak peduli apakah kau pantas kuperjuangkan atau tidak akan kuperjuangkan?

Aku pernah ada. PERNAH ADA!! Selanjutnya aku tak tahu lagi aku akan jadi siapa - siapa untukmu. Sekarang, aku lenyap dalam jutaan cawan rindu dan kesepianku. Hatiku memang tak pernah mengikhlaskanmu pergi. Namun, waktu tak menahanmu tetap berdiri disini, bersamaku, bersama kita saling bergenggaman, jari jemari kita bersetuhan.

Biarkan aku menjadi perindu setiamu. Perindu yang sabar menunggumu.Perindu yang tabah membangun just me and you again. Setiap kali one last time terancam runtuh.

Selamat ulang tahun, peracik aksaraku. Semoga panjang umur sang penggores kalbuku. Terima kasih ksatriaku telah singgah sejenak. Di bulan kesembilan ini dan di tanggal tujuh belas ini, kau masih segalanya bagiku. Hatiku masih untukmu.

Kamu selalu menghiasi air mataku. Sosok ksatriamu goreskan kalbu dalam cawan rinduku. Peracik aksaraku abadi setiap tarianku.

KAMU ADALAH MANTRAKU.