Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

24 March 2018

KAMU MALAIKAT SEPAGI HATIKU

Dingin yang menusuk rongga hidungku hingga menjalar menyibak di dua kelopak mataku. Seakan pagi sedini ini masih tetap sama membeku abu. Di sabtu pagi, kata orang banyak yang bilang hari penghilang raut muka memurung nan hati pun ceria. Akan tetapi, bagaikan diguyur sederasnya air hujan yang tak mampu kubendung pada kalbuku. Rerintikan hari kemarin yang kunjung jua tak mereda, kilat dihamparan argumen-argumen peraba tawa mendamba candu sepahit diksi kopimu, Mas kala pagi.
Aku tak tahu mengapa sering kali kaujatuhkanku pada tempat yang memiliki radar ketinggian dari pusat semula. Rasanya aku ingin terbang melintasi dunia yang begitu ramai. Namun kenyataannya aku masih sendiri. Anganku ialah memegang setiap jengkal langkahmu melawan gemuruh badai dalam ikatan suci. Sementara lagi semua masih butuh proses. Kini yang kucemaskan adalah kau, Mas Sayaang. Entahlah, dari tinjauan berbagai macam pelega rasa. Justru aku takut kehilangan semua racikan-racikan manis dibingkai rasa sayang. Aku takut jika semuanya itu pil penenang sesaat gundahku.
Mas Sayaang yang memiliki nama unik.. Aku mau tahu seluruh isi hatimu tanpa basa-basi belaka dari runtuhnya kalbu hingga proses pemulihan ini. Kalau boleh aku jujur, hatiku semakin takut mendengar semua kebohongan manis yang enak didengarkan. Rasa sayang dan cintaku ini mulai menggaduh dahsyat menggebu-gebu, Mas.
Apakah kau masih berniat meracik diksi-diksimu setelah semuanya kembali baik-baik saja seperti awal proses pengakhiran kisah kita itu, Mas? Aku hanya sebatas tahu bahwa kau sangat sayang kepadaku dan takut kehilangan aku. Apakah kau mungkin berada di dalam makna cinta, Mas? Jika semua benar, tolong katakan padaku bahwa kau tak akan pernah meninggalkanku untuk selamanya?!
Seusai pagi ini, Mas. Aku masih memelukmu dalam beku bayang diam yang istimewa. Aku belum menemukan dirimu kembali kala awal kita baru saja menikmati rasa yang menjatuhkan dua hati pada jalan pulang. Kuakui kau sangat berbeda dari yang pernah menyinggahi ruang hatiku. Malaikatku ialah engkau, Mas Sayang. Aku selalu berdoa pada Tuhan lho, Mas! Ah, sudahlah mas sayangku! Aku hanya ingin menyampaikan secarik diksi itu saja.
Selamat pagi malaikat tercintaku.

03 March 2018

SULIT DI TEBAK SEMANIS PAGIMU

Setelah subuh, air mata yang ingin kusajikan rupanya telah mengering. Di antara cawan-cawan rerintihan, aku masih belum mampu untuk menyudahi rasa penasaranku. Perlahan mulai kupelajari kembali materi-materi agar aku terbiasa. Justru semakin memojokkan ku pada sebidang, dulu telah kudiami dan harus bergeser. Ah, sayang sekali tetap ada pada keadaan semula.
Setelah dua dari berbagai penasaranku terjawab. Kembali muncul penasaran yang baru, gitu aja terus Mas EFP. Sulit di tebak tapi manis dalam berbagai peristiwa. Lagi-lagi kau ubah kembali sesukamu. Entah, apalagi yang harus kupahami meskipun isyaratmu itu sangat kecil. Yang ingin kutahu adalah asa dari pandanganmu bukan dari sulit di tebaknya tetapi manis dalam berbagai peristiwa, Mas EFP.
Huaa... Ini kisah tentang “AKU” dan “KAMU” yang terjebak pada hipotesis logika masing-masing dan sangat diprioritaskan. Logika itu mampu terlampaui dan menyiksakan kalbu, mengapa memilih menjalani ketimbang harus mempercayai? Jika semua yang “AKU” rasakan adalah benar. Mengapa kau selalu tarik ulur lalu potong-potong kembali? Entahlah! Jalan pintas mana lagi? Huft...
Hampir lenyap keheningan dini hari ini. Oops! Rupanya telah hampir menggaduh riuh suara kokok ayam yang kudengarkan. Hehehe. Gak usah basa-basi deh! Intinya itu saja harus bagaimana aku menemukan tiap jawaban dari rasa penasaranku yang setiap hari selalunkau tambah setelah satu terjawab, Mas?! Jujur hatiku lelah mengutak-atik kata “PAS” kenyataannya saja tidak sejalan.
Mau di buat misteri gimana lagi sih bentuk dan tipe-nya? Sudahlah! Aku pusing. Itu kan tiap kali frasa kata yang kau perbincangkan denganku. Mas EFP, semua yang kau bilang padaku itu benar semua. Sayangnya, kamu tahu semua isi hatiku yang harus gimana lagi bukan? Tetapi karena itu kaurumitkan atau sengaja kau ada dan tiada kan? Aku tak tahu, yang tahu isi hatimu hanyalah kau.
Di otakku masih mempelajari materi-materi tentangmu. Walaupun tampak sih, kok sulit untuk diterjemahkan dengan mikroskop atau kacamata. Embun pagi turut menghantarkan air mataku yang kering setelah dilanda badai sediksi. Namun, kau tetaplah bungkam tanpa menjurus detailkan isi hatimu. Aduh, aku baru ingat. Jangan banyak pertanyaan ya?! Tapi aku butuh semua jawaban penting itu. Bagiku itu adalah rincian lagu terfavoritku lho, Mas EFP!
Halah, aksara bualan saja! Karena harapku itu terlalu tinggi dan aku tak mau jatuh sakit untuk kesalahan terbesar keduaku itu, Mas EFP. Lalu, haruskah aku bagaimana menentukan atau mencuri cara alami darimu? Sudah kubilang bahwa kau sulit di tebak tapi manis dalam berbagai peristiwa.
Subuh sudah lewat ternyata. Pasti kau sedang sibuk-sibuknya untuk bersiap berangkat kerja. Biasanya jam segini itu kau sedang sibuk bikin kopi dan menikmati sebatang rokok gudang garam filter sambil mengabariku sejenak. Aku rindu suara tawa kecilmu dan suara ponselku dari chatting WA-mu. Aku rindu! Apa kah kau masih menaruhkan aku pada hatimu? Terakhir kali yang kutahu adalah kisah lampau. Karena di statusmu sudah tenggelamkan namaku. Itu berarti kau benar-benar melepasku dan ingin aku membencimu, Mas EFP. Oh, sayang banget siasatmu belum mampu membuatku pergi!
Mas, selamat beraktivitas pagi ya! Aku tahu apa yang sedang kau pelajari saat ini. Aku sendiri tak tahu mengapa aku masih peduli banget denganmu. Padahal aku tahu dari semua caramu telah menyakitiku. Wow, keras kepala banget bukan? Inilah aku yang masih mempelajari materi-materi belum terjawab dari sisa rasa penasaranku itu, Mas EFP. Aku tak pamit kerja dulu ya! Emoticon smile merah dua kali.

02 March 2018

YANG TAK JENUH MENUNGGU

Delapan dua persen nol satu titik tiga delapan. Kamu tentu tidak tahan pada jari jemariku yang terus menerus mengusikmu. Kamu pun juga tidak paham, energi kinetik cinta dapat membahagiakan siapapun, begitu manis menyakitkan kapanpun. Aksara ini mungkin terlalu pedas. Pada kenyataannya sambal trasi lebih menyajikan sesuai selera kita. Aku tahu rasanya menjadi orang yang selalu kausembunyikan. Seberusaha mungkin hati tetap mengelak di depan banyak sorotan mata, kalau pun tak sayang akan mampu mengabaikan. Senyeri ini ya, menahan isak tangis yang telah membeku dalam kondisi yang panas.
Oh, kau dengungkan kembali pada percakapan kita yang manja itu tentang rindu. Aku tahu kok betapa manjanya kau. Oops! Manja abis. Sayang, itu semua tak bertahan lama. Sekejap serba dengan kata sekejap mampu kau ubah semuanya menjadi semata yang masih menyisakan kesembunyian sehingga rasa penasaran itu dalam otakku belum terpecahkan. Lantas, aku harus ke mana lagi mencari jawaban itu? Satu jawaban sudah kutemukan. Sisanya yang lain masih menggantung di pintu yang tinggi, sedangkan aku tak setinggi postur tubuhmu untuk meraih dan membukanya.
“Sesak di dadaku ini!” Pasti itu kan yang kaurasakan. Aku butuh waktu untuk mendiami semua kesalahanku yang jatuh pada langkah pertama. Berkali-kali mencoba untuk mencari kesatuan pemikiran kita, itu pun sedikit sulit beradaptasi. Fix. Aku kesal dengan kondisi seperti ini, Mas. Kucing-kucingan tak jelas, konflik batin yang menghantam mood ku. Yang kumau itu kau menjelaskan secara terperinci.
Jujur, aku masih sulit menebak-nebak hatimu. Meskipun kau mengabaikanku menjadi monster darah dingin sekali pun, aku tak tahu masih sebegitu setianya padamu, Mas untuk kutaruh dipikiranku. Pagi kali ketiga ini membisikkan seluruh pikiranku yang masih peduli dengan keadaan napas di hatimu. Ah, sudahlah! Terbuai manisanmu itu kebiasaanku tak mampu terhindari, aku malah menikmatinya. Keras kepala banget bukan? Mungkin sekeras ini rasa berlebihku kepadamu, Mas.
“Tenang kok, Nath! Hubungan kita sedang di uji,” ucapan impian darimu yang ingin sekali kupeluk manis. Semua telah hancur berkeping-keping menjadi pecahan kaca di tanah jelaga sunyi. Ketakutan yang tiap kali kukumpulkan untuk kulenyapkan.
Kini justru menyemburat hebat hingga meruntuhkan segala yang telah terjaga. Aduh, maaf aku lupa. Kau sedang sibuk sendiri menata hatimu dan memastikan hatiku baik-baik saja bukan? Ekh hemm....
Drag sit! Hujan sedini pagi ini kembali mengguyurkan memori ku yang trouble. Rintiknya mampu menyamarkan turunnya di kelopak mataku. Sesendu ini rasa hatiku yang masih tetap belum tuntas menentukan jawaban dari rasa penasaranku yang tinggi. Akan kah kali ketiga sepagi ini tak menjeli juga? Cukup! Suara hatiku mungkin sampai kepadamu, Mas. Kau menyukai hal semacam kode bukan? Oops!
Mas, aku pernah bermimpi lho! Dan ini rasanya nyata banget. Tapi aku takut untuk mengatakan padamu secara langsung. Di sini saja ya! Aku pernah bermimpi tentang kita. Namun semua telah berubah itu karena kesalahanku sendiri dan bahkan kau sendiri yang memaksaku untuk mengikuti alurnya. Benar sih, semua yang kau katakan di telepon itu. Sudah ah! Aku capek. Sayang, aku tak tidur dulu.

01 March 2018

MENGAPA MASIH SEMANIS DI PAGI KEDUA

Begitu sangat terbiasa mendengar suara pamitanmu; ucapan selamat pagi, perhatian kecil, amarahnya yang unik, ucapan pamit kerja, sejumput nasihatmu, bahkan ucapan sebelum tidur. Itu semua terakhir kalinya aku dengar di angka satu tujuh bulan dua tahun dua ribu delapan belas. Setelah itu, aku sangat terbiasa melihat tawamu yang manis hanya sebentar. Mendengar candaan sederhanamu di layar ponselku dengan ciri khas sebatang rokok menyala. Maka apa pun hal di titik terendah saat bersamamu yaitu menikmati kesunyian malam, itu pun aku masih terbiasa untuk menunggumu kembali hanya menunggu telepon darimu berjam-jam.
Kini aku juga masih terbiasa merasakan kehadiranmu menemaniku meracik diksi-diksi nan indah. Mengapa kau secepat ini membiarkanku terus-menerus betah menunggumu yang tak akan pernah kembali lagi untukku? Aku tak tahu apa yang dapat membuat hatiku merasa senyaman ini padamu, Mas EFP. Meskipun berkali-kali aku terluka karena caramu yang kalem berisyarat susah di tebak manis dalam berbagai peristiwa itu, Mas. Sendiriku ini tak tahu, mengapa aku sebegitu dalamnya masih mencintaimu. Pada akhirnya aku tahu akan terluka. 
Kau tahu aku menangisimu kala malam kau tidak bisa tidur. Kau luapkan segala perasaanmu sambil meneguk beberapa air keras di gelas-gelas kaca berkata bahwa kau sangat mencintaiku sambil menyanyikan lagu-lagu dangdut hingga larut pagi. Sesungguhnya sangatlah berat untuk melepaskan semua rasa ternyaman di kalbuku ini.
Kau juga tahu ketika aku mulai merasa sangat sayang pun tak mampu berpaling dari yang lain. Kalau boleh jujur Mas EFP, aku tak tahu dengan yang terjadi pada hatiku saat ini.
Terkadang aku merasa semua baik-baik saja. Tak ada hal buruk yang terjadi. Sama sekali semua baik. Nyatanya, aku telah kehilangan segalanya darimu. Kesepian itu bernama hidupku tanpa kau, Mas EFP. Entah sih, aku masih merasakan ada yang berdetak di kalbuku dan berharap terlalu tinggi. Lagi-lagi aku tak mampu mengasingkanmu dari duniaku ini.
Mas EFP, kau pun memaksaku untuk membiasakan diri terlepas dari hidup tanpamu yang tidak akan beriringan lagi. Berhari-hari, kau sudah berhasil melalui hidup tanpaku, berminggu belumlah genap ini kau menunjukkan rasa cintamu telah berlabuh pada yang lain. Buktinya, terakhir kali namaku sudah tidak melekat pada bagian pelepas penatmu. Semua telah berbeda mulai dari hati kecilmu itu.
Aku belum mampu sepertimu yang mudah melupakan tentang hari indah bersama sejauh berbulan-bulan tiga bulan lamanya. Mas EFP, aku ingin tahu kebenaran atas kesungguhan hatimu itu apakah pernah ada aku di atas nama cinta atau hanya sekadar pengisi sepimu saja? Itu belum sanggup kutemukan jawabannya, Mas. Mengapa Mas EFP sesulit ini hatiku untuk pergi darimu? Jujur, aku masih memintamu dalam doa yang kuceritakan pada Tuhan, Mas. Semua kutahu itu sangatlah mustahil.
Apa kau membaca diary blog sederhanaku ini? Mas EFP, mas yang dulu sering kupanggil mas sayang agar semuanya tetap indah selama tiga bulan terakhir. Tahu gak, Mas? Aku mencoba berusaha berkali-kali untuk menipu hatiku sendiri jikalau aku tak benar-benar mencintaimu setelah tahu bahwa semua harus berakhir sesakit ini. Sayang sekali, semua itu nol! Ya, seperti katamu itu saat memarahiku tetapi aku justru menyukai hal yang tidak kau suka.
Oops! Pasti sekarang kau telah menemukan orang yang tepat untuk memberimu rasa nyaman dan bahagia. Selamat ya Mas EFP yang sering aku panggil Mas Sayang. Mas yang masih membuatku berada di atas langit-langit kemegahan. Mas yang dulu mampu membuatku merasa sangat istimewa.
Kekuatan mana lagi yang harus kusadap untuk tak berpikir hidup tanpamu seperti bukan di sel-sel tahanan neraka, Mas. Aku mulai bisa merelakanmu pergi sepenuh hatiku tetapi tidak untuk melupakanmu. Bagiku kau masih hidup pada aksara-aksara indahku ini, Mas EFP. Itulah hal ketololanku yang masih saja tak mampu untuk kurevisi. Sebelum kedatanganmu, aku pun sudah terbiasa menikmati hidup bersama cinta sendiri pada dunia sajak-sajak manis yang kuracik ini tetapi bukan dengan kau Mas EFP yang sepercaya ini kujatuhkan air mataku hingga mengering. Kaulah orang yang termanis dibarisan kedua setelah Mas Sipit yang pernah kuceritakan padamu itu belum lama pergi ke tempat barunya sekitar tahun lalu di bulan Agustus berangka dua berdouble.
Oh ya, Mas EFP... Aku memang kehilangan kau selama dalam proses ini, dirimu yang masih lengkap dan utuh pantas untuk dicintai oleh orang lain yang jauh lebih baik dari mantan kekasihmu ini. Karena aku percaya, waktu penyembuh segala luka yang paling jujur hingga semua merasa baik-baik saja sedia kala.
Mas EFP, mas yang biasa terpanggil sebelum adanya julukan Mas Sayang seperti delapan tahun lalu. Sewaktu kita masih berada di putih abu-abu, yang terbutuhkan ialah maaf, bila mengecewakanmu atas seluruh rasa yang terlalu lama kuulur-ulur untuk memenuhi permintaan hatimu terdalam. Maaf bila kutak mampu meredakan lelahmu ketika itu dan malah membuatmu merasa pusing.
Aku tahu ini adalah kesalahan terbesar keduaku untuk mengikhlaskanmu pergi dengan sosok yang lain tetapi melalui dirimu sendiri, Mas. Aku merasa tak pantas untukmu. Maka dari itu, aku sengaja membiarkanmu melakukan semua yang kumau atas sesuai keinginanku sendiri.
Tuhan tahu kok Mas, kalau kita pernah saling mencintai. Itu pun jika kau benar-benar menaruhkan ku ada pada dalam hatimu. Faktanya sampai saat ini aku tak tahu ada atau tidaknya. Yang jelas itu ada pada hatiku. Lagi-lagi pagi ini masih semanis ini, Mas. Salam cintaku delapan tahun lalu telah berbalas lamanya tiga bulan.
Terima kasih untuk segala rasa yang sangat indah. Aku berharap kelak semua kembali menjadi kau yang pernah kukenal, Mas. Yang ingin kulihat adalah tatanan kehidupan hatimu yang baru itu.