Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

01 March 2018

MENGAPA MASIH SEMANIS DI PAGI KEDUA

Begitu sangat terbiasa mendengar suara pamitanmu; ucapan selamat pagi, perhatian kecil, amarahnya yang unik, ucapan pamit kerja, sejumput nasihatmu, bahkan ucapan sebelum tidur. Itu semua terakhir kalinya aku dengar di angka satu tujuh bulan dua tahun dua ribu delapan belas. Setelah itu, aku sangat terbiasa melihat tawamu yang manis hanya sebentar. Mendengar candaan sederhanamu di layar ponselku dengan ciri khas sebatang rokok menyala. Maka apa pun hal di titik terendah saat bersamamu yaitu menikmati kesunyian malam, itu pun aku masih terbiasa untuk menunggumu kembali hanya menunggu telepon darimu berjam-jam.
Kini aku juga masih terbiasa merasakan kehadiranmu menemaniku meracik diksi-diksi nan indah. Mengapa kau secepat ini membiarkanku terus-menerus betah menunggumu yang tak akan pernah kembali lagi untukku? Aku tak tahu apa yang dapat membuat hatiku merasa senyaman ini padamu, Mas EFP. Meskipun berkali-kali aku terluka karena caramu yang kalem berisyarat susah di tebak manis dalam berbagai peristiwa itu, Mas. Sendiriku ini tak tahu, mengapa aku sebegitu dalamnya masih mencintaimu. Pada akhirnya aku tahu akan terluka. 
Kau tahu aku menangisimu kala malam kau tidak bisa tidur. Kau luapkan segala perasaanmu sambil meneguk beberapa air keras di gelas-gelas kaca berkata bahwa kau sangat mencintaiku sambil menyanyikan lagu-lagu dangdut hingga larut pagi. Sesungguhnya sangatlah berat untuk melepaskan semua rasa ternyaman di kalbuku ini.
Kau juga tahu ketika aku mulai merasa sangat sayang pun tak mampu berpaling dari yang lain. Kalau boleh jujur Mas EFP, aku tak tahu dengan yang terjadi pada hatiku saat ini.
Terkadang aku merasa semua baik-baik saja. Tak ada hal buruk yang terjadi. Sama sekali semua baik. Nyatanya, aku telah kehilangan segalanya darimu. Kesepian itu bernama hidupku tanpa kau, Mas EFP. Entah sih, aku masih merasakan ada yang berdetak di kalbuku dan berharap terlalu tinggi. Lagi-lagi aku tak mampu mengasingkanmu dari duniaku ini.
Mas EFP, kau pun memaksaku untuk membiasakan diri terlepas dari hidup tanpamu yang tidak akan beriringan lagi. Berhari-hari, kau sudah berhasil melalui hidup tanpaku, berminggu belumlah genap ini kau menunjukkan rasa cintamu telah berlabuh pada yang lain. Buktinya, terakhir kali namaku sudah tidak melekat pada bagian pelepas penatmu. Semua telah berbeda mulai dari hati kecilmu itu.
Aku belum mampu sepertimu yang mudah melupakan tentang hari indah bersama sejauh berbulan-bulan tiga bulan lamanya. Mas EFP, aku ingin tahu kebenaran atas kesungguhan hatimu itu apakah pernah ada aku di atas nama cinta atau hanya sekadar pengisi sepimu saja? Itu belum sanggup kutemukan jawabannya, Mas. Mengapa Mas EFP sesulit ini hatiku untuk pergi darimu? Jujur, aku masih memintamu dalam doa yang kuceritakan pada Tuhan, Mas. Semua kutahu itu sangatlah mustahil.
Apa kau membaca diary blog sederhanaku ini? Mas EFP, mas yang dulu sering kupanggil mas sayang agar semuanya tetap indah selama tiga bulan terakhir. Tahu gak, Mas? Aku mencoba berusaha berkali-kali untuk menipu hatiku sendiri jikalau aku tak benar-benar mencintaimu setelah tahu bahwa semua harus berakhir sesakit ini. Sayang sekali, semua itu nol! Ya, seperti katamu itu saat memarahiku tetapi aku justru menyukai hal yang tidak kau suka.
Oops! Pasti sekarang kau telah menemukan orang yang tepat untuk memberimu rasa nyaman dan bahagia. Selamat ya Mas EFP yang sering aku panggil Mas Sayang. Mas yang masih membuatku berada di atas langit-langit kemegahan. Mas yang dulu mampu membuatku merasa sangat istimewa.
Kekuatan mana lagi yang harus kusadap untuk tak berpikir hidup tanpamu seperti bukan di sel-sel tahanan neraka, Mas. Aku mulai bisa merelakanmu pergi sepenuh hatiku tetapi tidak untuk melupakanmu. Bagiku kau masih hidup pada aksara-aksara indahku ini, Mas EFP. Itulah hal ketololanku yang masih saja tak mampu untuk kurevisi. Sebelum kedatanganmu, aku pun sudah terbiasa menikmati hidup bersama cinta sendiri pada dunia sajak-sajak manis yang kuracik ini tetapi bukan dengan kau Mas EFP yang sepercaya ini kujatuhkan air mataku hingga mengering. Kaulah orang yang termanis dibarisan kedua setelah Mas Sipit yang pernah kuceritakan padamu itu belum lama pergi ke tempat barunya sekitar tahun lalu di bulan Agustus berangka dua berdouble.
Oh ya, Mas EFP... Aku memang kehilangan kau selama dalam proses ini, dirimu yang masih lengkap dan utuh pantas untuk dicintai oleh orang lain yang jauh lebih baik dari mantan kekasihmu ini. Karena aku percaya, waktu penyembuh segala luka yang paling jujur hingga semua merasa baik-baik saja sedia kala.
Mas EFP, mas yang biasa terpanggil sebelum adanya julukan Mas Sayang seperti delapan tahun lalu. Sewaktu kita masih berada di putih abu-abu, yang terbutuhkan ialah maaf, bila mengecewakanmu atas seluruh rasa yang terlalu lama kuulur-ulur untuk memenuhi permintaan hatimu terdalam. Maaf bila kutak mampu meredakan lelahmu ketika itu dan malah membuatmu merasa pusing.
Aku tahu ini adalah kesalahan terbesar keduaku untuk mengikhlaskanmu pergi dengan sosok yang lain tetapi melalui dirimu sendiri, Mas. Aku merasa tak pantas untukmu. Maka dari itu, aku sengaja membiarkanmu melakukan semua yang kumau atas sesuai keinginanku sendiri.
Tuhan tahu kok Mas, kalau kita pernah saling mencintai. Itu pun jika kau benar-benar menaruhkan ku ada pada dalam hatimu. Faktanya sampai saat ini aku tak tahu ada atau tidaknya. Yang jelas itu ada pada hatiku. Lagi-lagi pagi ini masih semanis ini, Mas. Salam cintaku delapan tahun lalu telah berbalas lamanya tiga bulan.
Terima kasih untuk segala rasa yang sangat indah. Aku berharap kelak semua kembali menjadi kau yang pernah kukenal, Mas. Yang ingin kulihat adalah tatanan kehidupan hatimu yang baru itu.

No comments:

Post a Comment