Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

30 August 2017

BAGIAN TERMANISKU

Hai, pahlawan kalbuku! Seminggu genap ya, kepergianmu? Tak terasa cerita kita telah dibingkai olehmu terlebih dahulu. Oke. Aku tak mau basa-basi. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, aku masih ingat lho waktu kita sering menghabiskan penat bersama. Bahkan, sebelum TUC UN SMP itu, kau sempat membuat cerita kita itu benar-benar nyata. Sayang, aku masih terbilang lugu di depanmu.
“Dik, maafkan aku yo? Aku gak bisa nepati janji ke kamu,” ujarmu lembut banget di depanku sambil menatap senyum yang kututupi dengan rambutku. Tahukah kau, aku merasa menjadi wanita paling bahagia hingga kini. Sebelum kepergianmu yang benar-benar itu, kau sempat datang dalam mimpiku beberapa minggu terakhir. Meskipun kau tahu alasanku (mungkin) yang tak mampu kuucapkan secara live. Ah, sudahlah!
“Dik, aku sayang banget sama kamu!” celotehmu tiba-tiba setelah kita menyudahi rindu. Saat itu, aku hanya mampu terdiam dan mencoba menyimpan rasa bahagiaku. Uniknya mas, kau selalu mengetahui hal apa yang kusuka dan tidak kusuka. Aku sempat berpikir untuk mengakhiri segalanya denganmu. Namun, seolah-olah Tuhan tak mau menjauhkan hatiku padamu. Karena aku terlalu benar-benar mencintaimu.
Nyatanya, aku lebih memilih untuk pergi darimu (dulu hingga kini). Tapi tetap santai, kita gak lost kontak sungguhan kok? Hehe. Ya, kita masih bisa bercakap walaupun tidak face to face. Selasa menjelang subuh, sesungguhnya aku ingin bercakap denganmu untuk yang terakhir sebelum kau pergi meninggalkanku ke tempat barumu. Mau gimana lagi, aku telah melepasmu pergi. Jauh sebelum kau memastikan.
Terima kasih ya mas, kau tidak melupakanku dan kau masih menyayangiku. Meski kutahu kau telah mencintai malaikatmu yang selalu bercerita denganku dan menyusun rencana kecil untuk kejutanmu. Dari situlah mas, aku mulai yakin bahwa kau akan bahagia bersamanya dan bukan denganku. Dua kali kita jalan bareng. Hari minggu juga lho, mengitari alun-alun yang berdekatan dengan ruang sejuk, di mana tujuan kita. Hihihii. Lucu bukan cerita kita yang singkat itu? Diam-diam juga kita pergi untuk jalan-jalan. Eh, malah gak tahunya ketemu dengan teman kita ya, si gadis hitam manis yang selalu keppo hingga kau mulai meragukanku karena kau lebih percaya dengannya daripada aku. Kecewa atau sedih sih, hal yang biasa untukku. Tenang kok, aku masih mengingat semua gesturmu berucap, menghiburku, membangkitkan rasa terbangku. Oops!
“Aku suka dik! Kenapa kau pergi ninggalin aku? Kapan pulang? Aku punya sesuatu lho,” ujarnya terakhir kalinya di tahun baru, Januari 2016. Aku pun terdiam dan kemudian mengembalikan topik perbincangan kita, yaitu laptop bodol. Namun, kau tak henti-hentinya membahas kita yang dulu.
“Dik, mengapa kau tak mau berfoto denganku? Mengapa kau tak menjawab pernyataan cintaku? Aku ingin dik, sehari saja kita resmi menjalani status berpacaran kalau gitu,” tanyanya sambil memejamkan mata via video call. Ketika itu hp kita sudah 3G. Hp nokia sih yang jadul itu hihihii.
Senyum yang lagi-lagi kusembunyikan membuatmu kesal ya, mas? Maafkan aku yang belum sempat menjelaskan misteri-misteri di dalam kisah kita. Hmm, aku bukan mantan kan ya? Wkwkwkwk. Oh ya mas, kau masih yang termanis di dalam hatiku. Walaupun kita sudah berakhir cukup lama. Tapi aku suka gaya rindumu mengekspresikan lewat unfollow dan follow di akun instagram. Sekarang aku hanya bisa ada yang mengkonfirmasi follow-anku. Karena kau telah benar pergi dari napasku.
Tuhan, tolong sampaikan apa yang kuceritakan ini untuk pahlawan kalbuku yang telah kau panggil untuk menemaniMu! Tolong jaga dia untukku, Tuhan. Karena selama sepuluh tahunan ini, dia telah menjagaku dari orang sekitar yang tak menyukai hal apa yang kuprioritaskan. Tuhan, terima kasih engkau telah membuatku merelakan dia jauh sebelum-sebelumnya. Semoga bahagia di sana ya, pahlawan kalbuku! Aku sangat mencintaimu dan menyayangimu dalam bahasa sastraku ini.
Kenangan tak akan pudar meski tertimbun puluhan tahun. Tetapi ia akan abadi dan tak akan pernah terlihat pergi sedetikpun.
Untukmu, mas yang bermata sipit di ujung kompleks rumahku dulu.
Yogyakarta, 30 Agustus 2017