Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

26 February 2018

SEDALAM ITU KAH MENATA PAMIT

Di bilangan yang terlalu romantis sembari mengantarkan kepergianmu. Aku tidak tahu akan berakhir sesakit ini. Mungkin ini terlalu cepat atau adanya konspirasi dari politik perasaan, itu aku tidak tahu. Kalau boleh sejujur ini, semua berawal dari rasa kagum yang tak percaya akan keseriusanmu itu, Mas. Namun semua mampu kaurubah dari yang bernama hampa diantara ruang yang berjarak antara Bandung menuju ke Purbalingga. Saat itu aku berada rerintikan deras yang mengguyur gigil demi mencapai sebuah stasiun kereta api.
Tepat di malam sabtu itu, kedatanganmu kali kedua terasa sangat manis di telingaku. Seakan-akan aku lupa tentang bagaimananya peristiwa hebat itu, Mas. Kau yang datang seketika di bulan Desember tiga hari sebelum malam tahun baru, mampu menarik ulur hatiku seperti layangan yang kauterbangkan semaumu lalu gesekkan pada tajam perputus asaan. Nyaris sangat mulus terkemas di depan kalbu dan memori otakku.
Aku masih hadir di bayang-bayangmu, seandainya angan-angan itu mampu mengiyakan semua cara hatiku menunggumu. Sayang, kaumemilih mencampakan secara halus dan parahnya aku masih nyaman pada keadaan seburuk ini. Setragis apa yang sudah menjadi konsekwensi dari cara masing-masing. Entahlah! Di otak ku ini kauselalu mengisi ruang kosongku untuk kembali berharap kepulanganmu kali kedua.
Semua itu mustahil. Rasanya dari awal memang antara hati kita yang terkadang merasa tak cocok tapi ingin memahami agar asa semata terwujudkan. Duh, aku tak tahu lagi harus menata atau menggantikan puing-puing ini. Sungguh, aku sendiri tak mampu mengeluarkan air mata hingga berdarah-darah. Apa kah kau terlalu kunyamankan pada diksi-diksi memuisiku ini? Sehingga semuanya itu terasa sangat santai, Mas.
Terkadang hal kecil yang tiap pagi sebelum kau berangkat kerja itu masih sering kutunggui lho! Telp dan vidcall hanya mendengar suara ucapan pagi yang lembut memanggil-manggil namaku itu, Mas. Sebegitu takutnya aku berlari dari diam yang sudah kutahu pada akhirnya seterluka ini. Hubungan kita yang tak mampu diselamatkan dan kaumampu hadirkan dia yang manis mungkin untuk menggantikanku. Tapi, nyatanya, aku masih berharap untukmu meminta kembali senja yang kelam ini. Ah, sudahlah!
Bagimu yang tertangkap oleh otakku ini adalah hatiku yang sedang kaujelajahi untuk menjawab rasa nyamanmu. Yang tadinya kau menggebu seambisius awal berjumpa, rupanya itu tak setajam pemikiranmu itu. Benarkah, mas? Aku sadar masih banyak kekurangannya. Semakin hari kau beri rasa nyaman dan aku selalu bilang tak percaya padamu itu. Karena aku terlalu hati-hati menjaga hatiku. Pada akhirnya kau merasa bosan dan berpikir untuk menyudahi semuanya itu.
Ingin kuluapkan semua sajak cinta yang berkelana mencari jejakmu. Wow, kau telah menutup semua aksesnya dengan jeli. Kini aku masih senyaman ini pada asa kepulanganmu kali kedua, mas mantan yang belum sempat kutemui. Aku rindu bualan sayangmu yang teramat romantis itu. Meskipun aku harus terluka dari kesalahanku sendiri yang membiarkan kau pergi memilih yang lain dan berkaca pada cermin yang sok tegar, sok tak butuh rasa kecewa. Bahkan telah mengumumkan dirinya kuat agar tak terlihat sangat rapuh. Hmm...
Maaf bila resah hatiku yang tak menentu ini. Di satu sisi aku ingin selalu bersamamu dan percaya atas semua janji yang kau kemas itu. Tapi di sisi lain, ada yang tak mampu harus di korbankan. Kalut kemelut yang sedang melanda musim hatiku ini. Mas mantan, aku tak tahu apakah kau sedang membaca aksaraku ini? Aku belum sekuat kau untuk mencari jejak yang ternyaman lainnya itu.
Untukmu yang masih menjadi teka-teki kalbuku, mas mantan keseriusan. Maaf bila kuterlalu meragukanmu beralasan bawel. Sejujurnya aku mampu menjadi seperti yang kau pinta itu. Tapi semua itu karena hatiku yang memaksa aku untuk berhati-hati, Mas. Seandainya kau tahu malam itu, aku ingin datang memelukmu dengan kenekatan. Tetapi kau terburu patahkan semua langkahku di pertengahan jalan. Mas mantan, aku masih menunggu setia untuk berada pada anganku ini. Aku pun tahu jika aku tak pantas untuk kau perjuangkan mungkin?
Di malam setelah kepergianmu karena salahku ini, aku masih menyebutmu dalam untai doa-doa kecilku yang sangat indah. Mengapa kau terbangkan semuanya itu padaku, mas? Padahal kau tahu persis isi seluruh hatiku. Jika waktu mampu mengiyakan semua kekata hatiku ini mas mantan. Hmm, bagimu aku sudahlah mati di hatimu bukan? Sudah cukup kuusaikan aksaraku ini.
Mas mantan termanis untuk seluruh isi hatiku; EFP'18. Aku ingin pamit jika memang aku harus pergi untukmu selamanya. Tapi maaf aku masih betah berada pada bayan-bayang mencintaimu dalam diam. Meskipun aku tahu ini salah. Get a life, mas mantan termanis keseriusan hati. Selamat musim apa saja. Thanks!

No comments:

Post a Comment