Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

26 February 2018

SEDALAM ITU KAH MENATA PAMIT

Di bilangan yang terlalu romantis sembari mengantarkan kepergianmu. Aku tidak tahu akan berakhir sesakit ini. Mungkin ini terlalu cepat atau adanya konspirasi dari politik perasaan, itu aku tidak tahu. Kalau boleh sejujur ini, semua berawal dari rasa kagum yang tak percaya akan keseriusanmu itu, Mas. Namun semua mampu kaurubah dari yang bernama hampa diantara ruang yang berjarak antara Bandung menuju ke Purbalingga. Saat itu aku berada rerintikan deras yang mengguyur gigil demi mencapai sebuah stasiun kereta api.
Tepat di malam sabtu itu, kedatanganmu kali kedua terasa sangat manis di telingaku. Seakan-akan aku lupa tentang bagaimananya peristiwa hebat itu, Mas. Kau yang datang seketika di bulan Desember tiga hari sebelum malam tahun baru, mampu menarik ulur hatiku seperti layangan yang kauterbangkan semaumu lalu gesekkan pada tajam perputus asaan. Nyaris sangat mulus terkemas di depan kalbu dan memori otakku.
Aku masih hadir di bayang-bayangmu, seandainya angan-angan itu mampu mengiyakan semua cara hatiku menunggumu. Sayang, kaumemilih mencampakan secara halus dan parahnya aku masih nyaman pada keadaan seburuk ini. Setragis apa yang sudah menjadi konsekwensi dari cara masing-masing. Entahlah! Di otak ku ini kauselalu mengisi ruang kosongku untuk kembali berharap kepulanganmu kali kedua.
Semua itu mustahil. Rasanya dari awal memang antara hati kita yang terkadang merasa tak cocok tapi ingin memahami agar asa semata terwujudkan. Duh, aku tak tahu lagi harus menata atau menggantikan puing-puing ini. Sungguh, aku sendiri tak mampu mengeluarkan air mata hingga berdarah-darah. Apa kah kau terlalu kunyamankan pada diksi-diksi memuisiku ini? Sehingga semuanya itu terasa sangat santai, Mas.
Terkadang hal kecil yang tiap pagi sebelum kau berangkat kerja itu masih sering kutunggui lho! Telp dan vidcall hanya mendengar suara ucapan pagi yang lembut memanggil-manggil namaku itu, Mas. Sebegitu takutnya aku berlari dari diam yang sudah kutahu pada akhirnya seterluka ini. Hubungan kita yang tak mampu diselamatkan dan kaumampu hadirkan dia yang manis mungkin untuk menggantikanku. Tapi, nyatanya, aku masih berharap untukmu meminta kembali senja yang kelam ini. Ah, sudahlah!
Bagimu yang tertangkap oleh otakku ini adalah hatiku yang sedang kaujelajahi untuk menjawab rasa nyamanmu. Yang tadinya kau menggebu seambisius awal berjumpa, rupanya itu tak setajam pemikiranmu itu. Benarkah, mas? Aku sadar masih banyak kekurangannya. Semakin hari kau beri rasa nyaman dan aku selalu bilang tak percaya padamu itu. Karena aku terlalu hati-hati menjaga hatiku. Pada akhirnya kau merasa bosan dan berpikir untuk menyudahi semuanya itu.
Ingin kuluapkan semua sajak cinta yang berkelana mencari jejakmu. Wow, kau telah menutup semua aksesnya dengan jeli. Kini aku masih senyaman ini pada asa kepulanganmu kali kedua, mas mantan yang belum sempat kutemui. Aku rindu bualan sayangmu yang teramat romantis itu. Meskipun aku harus terluka dari kesalahanku sendiri yang membiarkan kau pergi memilih yang lain dan berkaca pada cermin yang sok tegar, sok tak butuh rasa kecewa. Bahkan telah mengumumkan dirinya kuat agar tak terlihat sangat rapuh. Hmm...
Maaf bila resah hatiku yang tak menentu ini. Di satu sisi aku ingin selalu bersamamu dan percaya atas semua janji yang kau kemas itu. Tapi di sisi lain, ada yang tak mampu harus di korbankan. Kalut kemelut yang sedang melanda musim hatiku ini. Mas mantan, aku tak tahu apakah kau sedang membaca aksaraku ini? Aku belum sekuat kau untuk mencari jejak yang ternyaman lainnya itu.
Untukmu yang masih menjadi teka-teki kalbuku, mas mantan keseriusan. Maaf bila kuterlalu meragukanmu beralasan bawel. Sejujurnya aku mampu menjadi seperti yang kau pinta itu. Tapi semua itu karena hatiku yang memaksa aku untuk berhati-hati, Mas. Seandainya kau tahu malam itu, aku ingin datang memelukmu dengan kenekatan. Tetapi kau terburu patahkan semua langkahku di pertengahan jalan. Mas mantan, aku masih menunggu setia untuk berada pada anganku ini. Aku pun tahu jika aku tak pantas untuk kau perjuangkan mungkin?
Di malam setelah kepergianmu karena salahku ini, aku masih menyebutmu dalam untai doa-doa kecilku yang sangat indah. Mengapa kau terbangkan semuanya itu padaku, mas? Padahal kau tahu persis isi seluruh hatiku. Jika waktu mampu mengiyakan semua kekata hatiku ini mas mantan. Hmm, bagimu aku sudahlah mati di hatimu bukan? Sudah cukup kuusaikan aksaraku ini.
Mas mantan termanis untuk seluruh isi hatiku; EFP'18. Aku ingin pamit jika memang aku harus pergi untukmu selamanya. Tapi maaf aku masih betah berada pada bayan-bayang mencintaimu dalam diam. Meskipun aku tahu ini salah. Get a life, mas mantan termanis keseriusan hati. Selamat musim apa saja. Thanks!

24 February 2018

BERKORBAN YANG MANIS

Menjelang dua empat bulan kedua di tahun dua nol satu delapan, tepat tiga bulan lamanya sepotong kisah hadir. Semua terkemas sangat indah nan rapi. Dari awal permulaan rasa telah dilendoti untuk tidak akan pernah memberi ruang. Perdebatan sengit nan manis terjadi antara dua mata hati yang dingin. Sedingin yang menggerogoti organ yang menyelimuti hatiku.
Saat itu sedang dilanda musim berbunga menebarkan wewangi seluruh jalan pejalan kaki. Seketika musim yang lain melongok untuk meruntuhkan pagar yang telah kukokohkan. Sayang, pelongok itu sangat rapi nan kuat. Diam-diam mencuri rasa resah gelisahku. Kini perlahan kuayunkan tarian tangan kanan dan kiri ku agar sejajar melangkah ke tujuan pasti.
Wow, seribu bahasa kalbu terbangkan mantra penuh kekaguman. Nyaris tertutup awan hitam pada kelopak mata hatiku. Aksara itu sangat mensyahdukan setiap jiwa-jiwa yang bosan dengan satu zona nyaman. Serius. Ya, ikatan serius menjadi topik perbincangan kita sejenak. Sangat mempesona di lubuk lekukan terdalam. Kau yang tak pernah kuimpikan sejujurnya hanya ingin kutemani. Sesaat itu kau mampu hadirkan sejuta makna terkasih.
“Nath, mau kah kau serius dengan ku untuk selamanya?” ujarnya meminta hatiku semanis mungkin. Hatiku pun masih setia dengan si pemilik musim berbunga itu. Hmm, rasanya ingin kusudahi untuk mengabaikannya. Begitu hebat aksara manisnya mendarat di hati dan telingaku. Sungguh sangat teristimewa diriku.
Uh, wow. Syarat dua tahun lamanya dan yang penuh pengorbanan pun tak mampu terpenuhi. Perlahan aku mampu membaca isyaratnya yang seketika hanya memainkan proses awal dan akhirnya saja. Jujur Tuan, di sini banyak pergulatan penuh keraguan akan kedatanganmu. Hmm...
Kaupikir hatiku mudah untuk kau kelabui? Tidak! Hingga saat ini hatiku masih menjadi pemilik musim berbunga setelah mas sipit yang kusebut rindu kedua pergi ke tempat barunya itu. Aku tak semudah yang kaubayangkan itu. Namun, kau berhasil meluluhkan hatiku yang keras hingga rasa kagum yang terlalu gengsi itu. Oops!
Hai yang kusebut mas sayaang sesungguhnya itu bukanlah kau. Tapi si pemilik musim berbunga. Pandai bukan diriku mengelabui jendela asa kalbumu? Maaf, aku lakukan siasat itu untuk terlalu takut jatuh hati pada yang tidak pantas untuk diperjuangkan. Ternyata, sehari lalu kau pun tak mengagungkan hatiku. Bahkan kini kau hancur leburkan di neraka penuh politik.
Kau bilang madu tapi yang ku terima sirsak. Prinsip yang tak mampu untuk kuajak jalan bersama. Seandainya mungkin siasatmu itu terjadi. Aku adalah orang paling bodoh yang tak pernah memandang logika perasaan. Yang kutahu Tuhan sempurnakan kasih melalui caramu itu. Karena kita tahu sama-sama bermain pada impian yang belum tak seharusnya berani diimpikan.
Berawal dari cara yang salah hingga berakhir dengan cara yang salah pula. Sejujurnya rasa memang sangat manis tak meninggalkan dercak hitam memerah di dada. Bahkan hal sepenting itu kau tak menganggap kuada pada hatimu. Itulah yang membuatku semakin yakin untuk berusaha mempelajari rasa bersabar, rela berkorban, dan pembelajaran mulia. Seandainya Tuhan mengizinkan pun tak akan terjadi. Sebab Tuhan tahu cara untuk menunjukan isi hatiku yang kupinta tiap malam sebelum dan sesudah tidur.
Untukmu pelongok hatiku yang termanis dan bukan lagi kusebut mas sayaang dalam arti imitasi. Terima kasih untuk semua masa penuh pembekalan jati diri. Mungkin kau sangat bahagia hari ini berkumpul bersama kekawanmu itu. Atas rasa kecewamu yang terpendam padaku mungkin... Maaf, jika aku terlalu sibuk mengujimu hingga kebagian terinci. Alasannya simple? Aku tak mau salah pilih dan langkah pada tujuan hidupku.
Sejujurnya selama ini hatiku masih termiliki oleh si mas sayang yang musim berbunga sedari sepuluh tahun lalu. Saat tatap pertama berjumpa di ruang OSIS. Mas sayang penyuka club Real Madrid yang tingginya sekitar 165 cm itu. Dan mas sayang ku itu selalu mengirimkan emoticon tomat merah pada aksara pembuka mataku hihihii.
Teruntukmu mas pelongok setelah sepuluh tahun lalu. Maaf untuk kesekian kalinya aku belum mampu jujur akan misteri facebook yang terjadi. Aku paham dan tepat prediksi ku sih... Bahwa kau dan mereka yang ku kenal pasti akan membully ku hingga tepat terdengar di gendang telinga menjelang dua empat bulan kedua tahun dua nol satu delapan ini. Satu hal yang tak kusuka darimu yaitu kau bukan kau yang aku kenal melebihi dirimu sendiri. Entahlah! Aku tak percaya begitu saja dengan bualan manismu. Tenang kok! Aku mampu menyandarkan rasa nyeriku ini.
Selamat untuk semua keinginan hidup barumu yang entah itu kau sengaja melukisnya atau hanya untuk berpamitan padaku. Sungguh aku tak tahu apa isi maunya hatimu itu. Kutahu pasti aku tidak lekat dalam hatimu, wahai mas pelongok. Oke. Jika kau membaca aksara pedasku ini, maaf seribu permintaan hati terdalam. Aku sangat ikhlas melepaskanmu pergi dengannya tanpa ada trik berakting. Semoga tercapai semua keinginanmu ya mas! -EFP’18-

20 February 2018

SENERAKA INI MENCINTAIMU

Empat puluh delapan jam rasanya seneraka ini. Setiap jatuh diksi manis terangkai di telinga mampu mematahkan hati yang patah sekejap menjadi melodi. Semua kupikir itu adalah pasti. Ternyata, masih ada rindu yang lain pada kalbuku. Entahlah! Aku merasa berkabut pada jelaga kesunyian ini. Karena ada rindu yang terbilang lain di atas impian semataku. Namun konflik berkaldu terlalu tak senge-slow ranting-ranting asa di pohon rindang yang berteduh itu.
Banyak lika-liku terjadi perlahan menahan derasnya penggusuran hujan di tanah dahaga. Aku ingin meronta melepaskan semua cabik pada organ yang terselimut ini. Sungguh, aku benci berada di radius seneraka ini, Tuan? Silent people dan selalu begitu menyimpan makna. Serasa sedang bermain teka-teki silang dan monopoli.
Jika memang tak mau beradu dengan jenuh, biarkanlah sejenak pergi tanpa harus sisakan sarang pencari. Ke mana aku harus pulang kali ini, Tuan? Jujur aku lelah menjamah seneraka lamanya empat puluh delapan jam ini. Kupikir tak ada rindu yang lain sedang berseteru mengaduk hingga ke saraf otak. Kini semua ingin kusandarkan tapi berkali ada bekal alasan yang mengikat. Entahlah!
Tuan, mengapa kau ciptakan lorong sepanjang seneraka ini? Aku telah memahamimu. Ya, kau belum mampu meneduhkan hatiku. Meskipun telah kuingatkan dengan sebuah isyarat. Tuan, aku masih belum mampu menempatkanmu pada rasa nyaman setelah kauguyurkan hujan di neraka empat puluh delapan jam ini.
Hatiku masih menunggui rindu yang sama. Berserakan sejak mengabad tetapi sayang itu ada padamu. Tuan, aku tak tahu apakah hal itu sama dengan hatimu dan pada dirimu? Kita sama-sama tahu kisah manis kita yang terkemas sedikit pahit. Tolong, jangan luaskan pintu senereka ini padaku? Yang kuinginkan adalah santai bukan berpendar tanpa arah. Hmm...
Boleh kah aku sejenak saja melihat seberapa besar rasa cintamu padaku, Tuan? Maaf bila aku terlalu manja berbalut naik-turunnya bendera. Sebab, aku tak mau terlalu dalam jatuh pada serpihan kaca yang terlalu panas sehingga tak mampu untuk dipadamkan. Maaf Tuan, jika semua pantas kuperjuangkan akan seturut dan sekehendak denganmu. Maka aku siap untuk mengambil resiko terbesar sekalipun. Tapi entahlah untuk saat ini, aku belum menemukan jawabmu!

03 February 2018

SEGEMURUH INI DI KALBUKU

Ada yang manis tapi benar-benar unik. Menelisik di antara dedaunan kian mendayu sepoi-sepoi mempesona. Meskipun tak kasat mata namun hati ini selalu jeli untuk menebarkan setangkai kelopak mawar. Oops! Ada yang hilang setelah sekian ribu berdetak. Huft...
Rasanya aku ingin memutar otak ku hingga tak terlalu jengah menyendiri. Di sini tanpa satu cawan nano-nano yang tumpah terasa dihalau hantaran-hantaran rayap kelabu. Sebegitu kah rasa yang terbalut hanya untuk mengintip sejenak? Uh wow, seneraka ini syahdu menyelami pemanah kalbuku? Tahukah engkau wahai pengganggu gundah gulanaku? Di sini aku tertiup topan mencabutkan akar kelabu. Menderu biru menggebu hebat bersalju.
Jelaga muram yang awalnya terabaikan. Kini mampu melirik curi manis sebongkah kalbuku.
Wahai engkau pengganggu gundah gulana ku ribuan berdetak, aku jemu tanpa sinarmu membingkai. Tolong rengkuh daku Tuan, ketika lakuku kalut kemelut? Wahai Tuan pengganggu gundah gulanaku, biarkan aku sejenak berteduh kembali singgah? Hanya tumit tipis merona tak mampu mengucap kekata hati, aku ingin memeluk badai segemeruh apapun bersama. Sekalipun harus membuyar tenggelam di tengah lautan. Bilamana hati senada arah asa pastikan mampu tersempurna.

Untukmu Tuan pengganggu gundah gulana ku ribuan berdetak, yang masih kusebut Mas Sayaang si pemilik tatapan tajam bola mata kecoklatan.

Rasa sayang tak akan mampu pergi ketika nyamannya hati. Meskipun seribu kali menolak resah dipikiran.

15 January 2018

SESINGKAT SINAR CINTAMU

Di antara lamanya berangka satu sembilan. Ada banyak rasa yang tersembunyi sangat rumit. Awalnya dingin itu telah bereaksi menggoyahkan mawar yang sempat merekah sekitar delapan tahun yang lalu. Saat itu hanya mampu berdiam menikmati rona di tumit tipisnya. Entah, aku tak tahu lagi rencana rumit apa yang sedang kautunjukan padaku Tuan? Sesingkat ini bias sinar istimewa di dalam kalbuku terasa sangat berharga. Andai kala rasa yang kian lama kupeluk itu tersampaikan, mungkin aku tak sejeli di atas pergalauan ini. Tetapi aku bersyukur jika semuanya telah sama seperti kau yang pernah kuimpikan. Meskipun kini hanya sejenak mungkin menjadi kenyataan.
Rasanya aku tak ingin berhenti tersenyum dan membasahi kalbuku ini. Jujur rasa sayang itu hadir semakin menajam hingga tanjakkan pun menajam juga. Ada yang tersisa kah mas sayang untukku? Ada jawabnya. Sayang sekali, waktu harus membuatku untuk menstabilkan semua konsetrasi yang tingkat tinggi itu Mas Sayaang. Aku tak tahu lagi harus menyederhanakan isyarat seperti apalagi. Setahuku hanya rasa sayang antara yang bersemanyam dihatiku dengan hatimu. Sungguh, semua tampak terlihat misteri istimewa pada bagian hidupku.
Jika lusa atau esok nanti, aku benar-benar harus mengikhlaskanmu. Aku siap untuk semua kisah itu menjadi sebuah pilihan. Detik ini pun aku masih mencoba percaya dengan prinsipmu mas sayang. Ternyata, cinta itu memang butuh untuk diperjuangkan tetapi bukan berarti memperjuangkan dengan cara yang salah atau kah mungkin belajar untuk mengikhlaskan sesuatu yang harus dipertahankan rupanya mampu untuk dikorbankan. Ah, sudahlah!
Aku pasrah dengan kondisi serumit ini. Mas Sayaang, kamu tahu segala hal itu. Senyuman manis kala pagi hingga berjam-jam itu berhasil mencuri ruang ternyamanku. Bahkan suara khas yang kausebutkan itu meskipun terkesan universal. Oh, pemikat manis rasa di dalam dadaku mulai menerbangkan beberapa kelompok rasa sayang yang berlebih. Sungguh, baru kali ini aku merasa sempurna menggoreskan kisah asmara itu.
Aku tahu banyak kekurangan yang ada pada diriku. Namun kau membuatnya terlihat istimewa. Bahkan kau sanggup menyenangkan hatiku. Betapa manisnya kau selalu menghadirkan sesuatu unik di dalam kisah kita itu Mas Sayaang. Seruan hatiku ingin memelukmu hingga kau jangan kembali ke arah yang salah. Doa ku selalu yang kupanjatkan jika kita benar-benar menjadi kita ya Mas Sayaang. Semoga kau tidak mencairkan air mata ternyeri untuk semua makna yang terlihat.
Mas Sayaang, aku tak minta banyak hal untuk ini itu memaksakan semuanya. Terkadang aku tertawa memicingkan kedua alisku. Tahu kah kau Mas Sayaang, ada yang kau siram di dalam hatiku menjadi bahagia. Mas Sayaang, jika kau adalah yang terbaik untuk tujuan hidupku. Tuhan pasti menunjukannya padaku. Seumpama pahit-pahitnya kita melebur beda, aku siap Mas Sayaang. Semua aku ikhlas melihatmu tersenyum dengan yang lebih pantas memikat hatimu Mas Sayaang. Waktu dua tahun yang akan datang itu bingkai cerita kepingan hati kita Mas. Hmm, kau orang yang terbaik saat ini. Hanya itu yang mampu kueskpresikan isyarat yang membuatku lega dan selepas ini meracik aksara memuisi.
Untukmu Mas Sayaang si tatapan tajam setajam cintamu padaku, hitam manis pemikat tiap cerita sederhana kisah kalbu ini.

19 December 2017

MENCINTAIMU SESAKIT INI, MAS #6

Empat ribu tiga ratus dua puluh menit. Wow, bayangkan sekian banyak menit yang tersisakan. Tepat di ujung netra bola mataku hanya terlintas sekujur tubuhmu, yang seakan berlalu tanpa adanya aku. Getar jiwa ini tak terarah, meskipun disimpan perasaan yang lain.
Entah mas, aku merasa ada yang hilang benar-benar mungkin tak akan dapat kupeluk kembalimu. Ya, aku memang belum siap untuk belajar sembunyi darimu. Walaupun kita sepakat, semakin hari rasa sayangmu itu tak pernah henti mengembara. Semenit saja tak mengizinkanku lengah!
Mas sayang tomat merahku, hujan di ujung netra bola mataku meruah dan juga membasahi semua jalanku. Semua tiba-tiba seakan telah terencana sedemikian rupa sehingga membuatku menahan pilu.
Seandainya semua rasa itu mampu menyejukan bukan menjemui gundah, apakah mungkin rasa akan tetap sama pada kadar terbaiknya? Mas sayang tomat merahku, ada rasa di dalam hatiku yang tak bisa kujelaskan.
Tapi rasanya aku itu.... Ah, sudahlah! Mungkin aku terlalu sangat berharap. Jujur semua itu berawal dari rasa sayang yang begitu singkat kau berikan tetapi kau sendiri juga tak mau menyudahinya.
Mas sayang tomat merahku, benar sih apa yang kau katakan itu. Tanpa kujelaskan saja, kau memahami kemauan dari isi hatiku. Hmm...
Setiap kali perasaan gemasku padamu, kini menjadi cair berujung pada kenyamanan. Tiga hari lamanya tanpamu, tanpa ocehan khasmu itu, aku sehampa tak memiliki oksigen. Mas sayang tomat merahku, mengapa kau buat semakin deras pada sungai kalbuku?
Seandainya Tuhan mengizinkan kita melepas sendu, aku ingin memelukmu sekali saja pada dunia atas namakan cinta. Kenyataannya, mas sayang tomat merahku lebih memilih berpendar. Mas sayang tomat merahku, apakah kau benar-benar tulus mencintaiku hingga kini aku sehancur ini? Kenapa masih silent people terus? Padahal kau telah paham betul isi hatiku.
Oops! Atau inikah caramu untuk memendamkan rasa sakit itu? Hello... Mas sayang tomat merahku, kita memang sama-sama seterluka ini.
Mas, aku hanya ingin bilang bahwa aku takut kehilanganmu. Tetapi aku tak tahu apa artinya itu mas? Aku sendiri berusaha mencari jawabannya. Tetaplah zonk!!!
Mas sayang tomat merahku, terkadang aku masih tak percaya dengan kisah kita ini. Begitu cepat mengaduk-aduk hingga berantakan. Lalu pergi gitu saja saat sedang cinta-cintanya. Mengapa? Apa kau bahagia dengan cara seperti itu mas sayang tomat merahku?
Paragraf romantis tak mampu melegakan gundah jiwaku. Bahkan terkadang aku sempat berpikir untuk menghapus semua jejakmu. Tapi ternyata justru aku semakin menjadi rumit diatas rasa sayangmu itu. Rasa sayang yang selalu kau berikan tanpa isyarat meminta dan kesadaran otak. Telah memenuhi ruang segala kalbuku dan bermakna megah di setiap acara memori kalbuku.
Mas sayang tomat merahku, jujur saat ini aku hanya inginkan kamu, menemani setiap aktivitasku. Aku rindu rasanya dimanjakan sama kamu. Aku rindu semua hal sesederhana itu mas. Apakah kau juga sama? Ah, bungkamku itu karena kamu mas! Maaf, bila air mataku masih belum kering.

17 December 2017

TIGA MENIT PELEDAK KALBUKU BERDESING

Gemericik sendu semakin deras menyejukkan kalbuku. Sekelumit seruan hatimu itu lewat sebait melodi yang terkemas amat sangat unik menggema di gendang telingaku mampu menghilangkan senyum yang telah layu.
Seketika perjumpaan tanpa adanya suatu tatap pesona hanya sebatas refleksi sinar istimewa berganda semu dipikiranku. Betapa hebohnya peledak kagumku ini? Duh, andai kau tahu isi hatiku yang susah kau tebak itu.
Bila saat ini aku sedang merindu diantara dilema dan kenyamanan. Tentu saja kau tahu siapa yang masih menjadi topikku ini. Lalu? Sajakmu itu sangat simple nan berimbang. Aduh!
Sehening atom H2R dan H2C terbahasakan pada sejumput aksara kacauku ini. Jujur hatiku masih menebak-nebak untuk memahami hatimu yang mendadak mengefly pusat imajinasi kalbuku. Oh, benarkah atau tingkah kekonyolan saja?
Ada sesuatu yang sulit dijelaskan juga mas, kak. Sayang dibilang sayang ya wajar saja. Tetapi ini itu... Ah!? Kok susah untuk kujelaskan dan kukatakan. Sungguh, isyarat yang bisa kusampaikan. Sayangnya, kamu belum memahami panggilan jiwa alami itu. Hmm...
Wes lah yo mas, kak. Aku ki sakiki bisa wae GLBB. Galau Layar Berat Bermimpi. Wes lah, tenan aku tak mau merumitkan. Cukup wes, easy going wae. Okokokok.