03 February 2018
SEGEMURUH INI DI KALBUKU
Rasanya aku ingin memutar otak ku hingga tak terlalu jengah menyendiri. Di sini tanpa satu cawan nano-nano yang tumpah terasa dihalau hantaran-hantaran rayap kelabu. Sebegitu kah rasa yang terbalut hanya untuk mengintip sejenak? Uh wow, seneraka ini syahdu menyelami pemanah kalbuku? Tahukah engkau wahai pengganggu gundah gulanaku? Di sini aku tertiup topan mencabutkan akar kelabu. Menderu biru menggebu hebat bersalju.
Jelaga muram yang awalnya terabaikan. Kini mampu melirik curi manis sebongkah kalbuku.
Wahai engkau pengganggu gundah gulana ku ribuan berdetak, aku jemu tanpa sinarmu membingkai. Tolong rengkuh daku Tuan, ketika lakuku kalut kemelut? Wahai Tuan pengganggu gundah gulanaku, biarkan aku sejenak berteduh kembali singgah? Hanya tumit tipis merona tak mampu mengucap kekata hati, aku ingin memeluk badai segemeruh apapun bersama. Sekalipun harus membuyar tenggelam di tengah lautan. Bilamana hati senada arah asa pastikan mampu tersempurna.
Untukmu Tuan pengganggu gundah gulana ku ribuan berdetak, yang masih kusebut Mas Sayaang si pemilik tatapan tajam bola mata kecoklatan.
Rasa sayang tak akan mampu pergi ketika nyamannya hati. Meskipun seribu kali menolak resah dipikiran.
15 January 2018
SESINGKAT SINAR CINTAMU
Rasanya aku tak ingin berhenti tersenyum dan membasahi kalbuku ini. Jujur rasa sayang itu hadir semakin menajam hingga tanjakkan pun menajam juga. Ada yang tersisa kah mas sayang untukku? Ada jawabnya. Sayang sekali, waktu harus membuatku untuk menstabilkan semua konsetrasi yang tingkat tinggi itu Mas Sayaang. Aku tak tahu lagi harus menyederhanakan isyarat seperti apalagi. Setahuku hanya rasa sayang antara yang bersemanyam dihatiku dengan hatimu. Sungguh, semua tampak terlihat misteri istimewa pada bagian hidupku.
Jika lusa atau esok nanti, aku benar-benar harus mengikhlaskanmu. Aku siap untuk semua kisah itu menjadi sebuah pilihan. Detik ini pun aku masih mencoba percaya dengan prinsipmu mas sayang. Ternyata, cinta itu memang butuh untuk diperjuangkan tetapi bukan berarti memperjuangkan dengan cara yang salah atau kah mungkin belajar untuk mengikhlaskan sesuatu yang harus dipertahankan rupanya mampu untuk dikorbankan. Ah, sudahlah!
Aku pasrah dengan kondisi serumit ini. Mas Sayaang, kamu tahu segala hal itu. Senyuman manis kala pagi hingga berjam-jam itu berhasil mencuri ruang ternyamanku. Bahkan suara khas yang kausebutkan itu meskipun terkesan universal. Oh, pemikat manis rasa di dalam dadaku mulai menerbangkan beberapa kelompok rasa sayang yang berlebih. Sungguh, baru kali ini aku merasa sempurna menggoreskan kisah asmara itu.
Aku tahu banyak kekurangan yang ada pada diriku. Namun kau membuatnya terlihat istimewa. Bahkan kau sanggup menyenangkan hatiku. Betapa manisnya kau selalu menghadirkan sesuatu unik di dalam kisah kita itu Mas Sayaang. Seruan hatiku ingin memelukmu hingga kau jangan kembali ke arah yang salah. Doa ku selalu yang kupanjatkan jika kita benar-benar menjadi kita ya Mas Sayaang. Semoga kau tidak mencairkan air mata ternyeri untuk semua makna yang terlihat.
Mas Sayaang, aku tak minta banyak hal untuk ini itu memaksakan semuanya. Terkadang aku tertawa memicingkan kedua alisku. Tahu kah kau Mas Sayaang, ada yang kau siram di dalam hatiku menjadi bahagia. Mas Sayaang, jika kau adalah yang terbaik untuk tujuan hidupku. Tuhan pasti menunjukannya padaku. Seumpama pahit-pahitnya kita melebur beda, aku siap Mas Sayaang. Semua aku ikhlas melihatmu tersenyum dengan yang lebih pantas memikat hatimu Mas Sayaang. Waktu dua tahun yang akan datang itu bingkai cerita kepingan hati kita Mas. Hmm, kau orang yang terbaik saat ini. Hanya itu yang mampu kueskpresikan isyarat yang membuatku lega dan selepas ini meracik aksara memuisi.
Untukmu Mas Sayaang si tatapan tajam setajam cintamu padaku, hitam manis pemikat tiap cerita sederhana kisah kalbu ini.
19 December 2017
MENCINTAIMU SESAKIT INI, MAS #6
Empat ribu tiga ratus dua puluh menit. Wow, bayangkan sekian banyak menit yang tersisakan. Tepat di ujung netra bola mataku hanya terlintas sekujur tubuhmu, yang seakan berlalu tanpa adanya aku. Getar jiwa ini tak terarah, meskipun disimpan perasaan yang lain.
Entah mas, aku merasa ada yang hilang benar-benar mungkin tak akan dapat kupeluk kembalimu. Ya, aku memang belum siap untuk belajar sembunyi darimu. Walaupun kita sepakat, semakin hari rasa sayangmu itu tak pernah henti mengembara. Semenit saja tak mengizinkanku lengah!
Mas sayang tomat merahku, hujan di ujung netra bola mataku meruah dan juga membasahi semua jalanku. Semua tiba-tiba seakan telah terencana sedemikian rupa sehingga membuatku menahan pilu.
Seandainya semua rasa itu mampu menyejukan bukan menjemui gundah, apakah mungkin rasa akan tetap sama pada kadar terbaiknya? Mas sayang tomat merahku, ada rasa di dalam hatiku yang tak bisa kujelaskan.
Tapi rasanya aku itu.... Ah, sudahlah! Mungkin aku terlalu sangat berharap. Jujur semua itu berawal dari rasa sayang yang begitu singkat kau berikan tetapi kau sendiri juga tak mau menyudahinya.
Mas sayang tomat merahku, benar sih apa yang kau katakan itu. Tanpa kujelaskan saja, kau memahami kemauan dari isi hatiku. Hmm...
Setiap kali perasaan gemasku padamu, kini menjadi cair berujung pada kenyamanan. Tiga hari lamanya tanpamu, tanpa ocehan khasmu itu, aku sehampa tak memiliki oksigen. Mas sayang tomat merahku, mengapa kau buat semakin deras pada sungai kalbuku?
Seandainya Tuhan mengizinkan kita melepas sendu, aku ingin memelukmu sekali saja pada dunia atas namakan cinta. Kenyataannya, mas sayang tomat merahku lebih memilih berpendar. Mas sayang tomat merahku, apakah kau benar-benar tulus mencintaiku hingga kini aku sehancur ini? Kenapa masih silent people terus? Padahal kau telah paham betul isi hatiku.
Oops! Atau inikah caramu untuk memendamkan rasa sakit itu? Hello... Mas sayang tomat merahku, kita memang sama-sama seterluka ini.
Mas, aku hanya ingin bilang bahwa aku takut kehilanganmu. Tetapi aku tak tahu apa artinya itu mas? Aku sendiri berusaha mencari jawabannya. Tetaplah zonk!!!
Mas sayang tomat merahku, terkadang aku masih tak percaya dengan kisah kita ini. Begitu cepat mengaduk-aduk hingga berantakan. Lalu pergi gitu saja saat sedang cinta-cintanya. Mengapa? Apa kau bahagia dengan cara seperti itu mas sayang tomat merahku?
Paragraf romantis tak mampu melegakan gundah jiwaku. Bahkan terkadang aku sempat berpikir untuk menghapus semua jejakmu. Tapi ternyata justru aku semakin menjadi rumit diatas rasa sayangmu itu. Rasa sayang yang selalu kau berikan tanpa isyarat meminta dan kesadaran otak. Telah memenuhi ruang segala kalbuku dan bermakna megah di setiap acara memori kalbuku.
Mas sayang tomat merahku, jujur saat ini aku hanya inginkan kamu, menemani setiap aktivitasku. Aku rindu rasanya dimanjakan sama kamu. Aku rindu semua hal sesederhana itu mas. Apakah kau juga sama? Ah, bungkamku itu karena kamu mas! Maaf, bila air mataku masih belum kering.