Tuhan, selamat pagi atau malam. Aku tak tahu disana sedang suasana apa? Jika engkau mengizinkan pelangi dalam hujan. Mari kita tengok bersama - sama. Aku seorang gadis kecil yang kau turunkan ke bumi yang menikmati segalanya yang sudah kau berikan. Aku ingin melihat sesuatu yang tak pernah ku lihat dalam bayangan. Apakah engkau masih mendengarku? Tuhan, tak tahu lagi kemana jengkal harus melangkah melewati butiran - butiran abu. Yang ku rasakan adalah peristiwa yang begitu banyak aplikasi matematika. Aku merindukan kehangatan suci yang sekian lama ku cari. Yang ku dapati hanyalah mimpi. Sekian lama yang ku bangun selama lima tahun ini misi terfavoriteku. Terkadang ingin ku teteskan percikkan air mata. Rindu yang begitu mendesak tak dapat ku simpan lagi. Dalam jarak di altarMu aku bersimpuh duka nestapa. Satu yang tak terjelaskan dalam perucapan. Terbesit dalam pikiran tanpa halangan. Tuhan, aku tak minta banyak hal. Sampaikan rinduku untuk seorang dewi laksana yang dahulu sering menimangku kala masih bayi. Entah, dimana lagi aku harus betapa, bermain dalam skenarioMu yang teradaptasi menjadi kehidupan. Aku insan yang tak banyak petuah, dihadapanMu hanya sekedar jerami yang tak lagi kau butuhkan. Tapi aku begitu sangat nista jika ingin bertemu denganMu. Aku tak pantas kau renggut dari kekejaman dunia yang ku lihat. Mata yang telah kau beri. Tuhan, aku merintih bila aku hanya memberontak dalam diam. Lindungiĺah dewi laksana ku, setiap dalam keadaan terburuk. Jauh dari sudut pandangku itu yang mengharuskan aku untuk berpikir menjadi pribadi yang lebih baik. Izinkanlah diri ini menuliskan surat kecil untukmu. Aku memang sebatang kara yang masih memintaMu penopang. Aku dan skenario Mu yang akan ku nikmati sendirian menempuh perjalanan panjang. Aku tahu engkau memberiku kerikil kecil yang teramat sangat istimewa. Tuhan, aku tak begitu layaknya mengharapkan penyertaan. Boneka yang kau beri, aku sangat bersyukur menjadi teman terdiamku. Yang ku mau tunjukkan mukjizatMu. Mungkin, penantian tanpa alasan tak jelas akan terjawab kala aku menari di surga. Tolong jaga dia Tuhan, aku terlalu rindu dalam ratusan jarak dan bayangan semu yang terbiaskan oleh kenangan manis. Bahkan aku tak dapat menjangkaunya, kabar pun tak ku temui selama lima tahun ini. Adakah rasa rindu di hatinya Tuhan? Aku tak begitu minta yang terlalu suguhan istimewa. Cukup ku teteskan air mata yang kau isyaratkan dalam mesbahMu. Tuhan, aku ingin berjumpaMu melewati aliran sungai yang penuh ketenangan. MemelukMu kala dalam permohonan abadi. Sederhana sekali pilihan tujuan tarian ini. Tuhan, aku selalu menunggunya setiap hembusan nafasku. Namun, berakhir dengan pengabaian tanpa seribu alasan. Rindu yang menggebu - gebu itu singkat sekali menipis kala aku merenung termangu dalam pesakitan rasa. Aku bodoh!! Aku hanya bisa bertahan di kubang kecil yang ku anggap rumah terindah. Ternyata, bualan - bualan yang tak berbekas sangat menggores lembut. Ketertarikan ataukah hanya sekedar racun yang menyerang kalbu ini hingga meluruskan menjadi penyakit kebencian? Tidak! Bagaimanapun waktu yang bercerita diatas derita masih ada setumpuk derita lagi, tetaplah menjadi konsekuensi atas persoalan rasa. Kau cukup sabar mendengarkan ocehanku yang selalu saja tak bermakna apapun. Tahukah engkau Tuhan? Aku merindukannya dalam suat kecilku, Tuhan. Ini skenario surat kecilku yang ku kirimkan menembus biasan sinar istimewa.
25 July 2014
12 February 2014
Air Mata Surga
Angin surga berhembus
Kala senja menyapa
Begitu merdu terdengar
Ku tatap arloji kian berputar
Serasa seperti ingin terbang melayang
Getaran - getaran merasuk tubuh
Menjelma menjadi satu kekhawatiran
Memandang alam sekitar
Pepohonan mendayu - dayu sampan
Percikan air mata surga
Membasahi bumi pijakkanku
Digilasnya tubuh mungil
Hingga berpendar tragis
Darah yang begitu segar
Mengalir meneteskan percikan
Air mata yang suci
Air mata surga keindahan
Yang menyiratkan sebuah keikhlasan
Senandung syair kepergianmu
Mengalun merdu hingga
Menusuk rongga dadaku
Yang telah hilang
Takkan datang lagi dihidupku
Namun..
Takkan pernah mati
Saat jauh dekat bersama
Sahabat
Selamat jalan kawan
Selamat ulang tahun
Kado terindah dariNya
26 January 2014
Penyemu Profesional
Kala itu..
Aku sendiri termenung
Perasaan benci
Menyelimuti kalbuku
Semakin hari mendesak
Gentar dan menyenak
Segenap samudra batinku
Kau..
Tumpahkan sebercak darah
Noda yang takkan pernah
Terkelupas lenyap seketika
Semula berawal
Dari tawar hatimu
Sungguh hebat
Kau memainkan adegan ini
Kau..
Penyemu terhandal
Seulas senyuman remang
Semu percakapan panjangmu
Merekayasa skenario hidupku
Penyemu profesional
Tidak beringsut dari bibirku
Selalu disebut - sebut
Aku sendiri termenung
Perasaan benci
Menyelimuti kalbuku
Semakin hari mendesak
Gentar dan menyenak
Segenap samudra batinku
Kau..
Tumpahkan sebercak darah
Noda yang takkan pernah
Terkelupas lenyap seketika
Semula berawal
Dari tawar hatimu
Sungguh hebat
Kau memainkan adegan ini
Kau..
Penyemu terhandal
Seulas senyuman remang
Semu percakapan panjangmu
Merekayasa skenario hidupku
Penyemu profesional
Tidak beringsut dari bibirku
Selalu disebut - sebut
07 December 2013
Objek Tersembunyi
Kau..
Patahkan sayap cintaku
Ciptakan pesona pilu
Hempaskan kalbuku
Goreskan dalam tangis
Kau..
Renggut daku dari jerami
Belah jiwa dadaku
Tancapkan panah lentera
Dihantam api temarang
Kau..
Jerat hasratku
Kian memanah raga
Merasuki denyut nadiku
Degup tersebar setiap penjuru
Kau..
Singgah sejenak
Menuai kasih
Abadi dalam sendu
Pusatkan objek tersembunyi
Kau..
Putarkan strategi
Tarik - ulur mantramu
Tepiskan jemariku
Gugurkan mimpi
Patahkan sayap cintaku
Ciptakan pesona pilu
Hempaskan kalbuku
Goreskan dalam tangis
Kau..
Renggut daku dari jerami
Belah jiwa dadaku
Tancapkan panah lentera
Dihantam api temarang
Kau..
Jerat hasratku
Kian memanah raga
Merasuki denyut nadiku
Degup tersebar setiap penjuru
Kau..
Singgah sejenak
Menuai kasih
Abadi dalam sendu
Pusatkan objek tersembunyi
Kau..
Putarkan strategi
Tarik - ulur mantramu
Tepiskan jemariku
Gugurkan mimpi
24 October 2013
Coretan Momentum Cintaku
Aku pikir, laboratorium
kimia di Universitas Negeri Jakarta ini mungkin tempat yang pantas bisa mengalihkan perhatianku untuk menetralkan hatiku dari unsur rasa
suka dan rindu yang mencapai titik jenuh tertinggi, tapi kenyataannya berbanding terbalik. Mencoba melupakan segala
tentangmu itu bagaikan sebuah melepaskan kalor leleh dalam reaksi eksoterem.
Namun, ikatan hidrogen yang begitu kuat itu tak mampu meluluhkan hatiku untuk
move on dari sosokmu. Dari bilik tirai berwarna merah muda aku terdiam
merenungkan sepenggal perasaan yang semakin menyiksa diriku.
Berkaca pada rumus
persamaan usaha itu membuatku menghargai adanya gaya tarik – menarik dan tolak –
menolak yang berbanding lurus dengan lingkungan, kemudian dikalikan dengan
kedua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Dimana panjang
gelombang itu selalu kamu ciptakan seolah – olah kamu tidak menganggap aku ada
di sini, sosokmu yang begitu special di ruang hampa hatiku itu semakin hari membutuhkan
suatu energi potensial yang cukup luar biasa agar cintaku tak terpengaruh
dengan adanya gaya.
Pertama kali melihat
bayangmu tepat di titik fokus lensa kedua bola mataku, berdiri tegak, nyata,
dan kamu begitu manis dengan kaca mata hitam serta jemper merah. Kau tampan
hari ini, biarlah rasa itu temukan wujudnya seperti aliran gen yang perlahan
namun pasti menuju kondisi stabil tak tergoyahkan. Kau yang begitu sempurna
dimataku mampu mengubah dunia
percintaanku menjadi lebih sederhana. Hidup memang bukan sekedar rangkaian rumus tapi bila sejuta feromon dijadikan satu, hanya kau dan aku yang akan memahami sinyalnya seperti lock and key dalam sistem enzim. Cobalah mengerti aku yang selalu menginginkan sosokmu di saat aku sedang sendiri.
percintaanku menjadi lebih sederhana. Hidup memang bukan sekedar rangkaian rumus tapi bila sejuta feromon dijadikan satu, hanya kau dan aku yang akan memahami sinyalnya seperti lock and key dalam sistem enzim. Cobalah mengerti aku yang selalu menginginkan sosokmu di saat aku sedang sendiri.
Aku sadar ini hanya
rasa suka dan rindu yang begitu dahsyatnya. Sosokmu yang selalu aku puja bahkan
setiap hari aku jadikan pokok pembicaraan panjangku dengan TUHAN. LIHATLAH, PANDANGLAH AKU !! Aku terjerat di ruang hatimu, panah
asmara yang kau tancapkan masih melekat direlung hatiku. Tanpa meminta izinpun
kamu pergi begitu saja, melepaskan aku dari jeratan yang kamu ikat, betapa
tidak mungkin aku harus belajar melepaskan kepergianmu ? Itu sungguh tak mudah
yang seperti kau bayangkan.
Teknik pemisahan itu
mulai muncul perlahan – lahan di setiap rangkaian peristiwa ini, fase gerak
yang melewati tetesan air mata memisahkan fase diam yang menjadi sebuah emas. Untuk
kamu yang selalu menghantui perasaanku, datang dan pergi begitu saja dengan
seenaknya tanpa memikirkan orang lain. Sosokmu kujadikan sebuah pelajaran hal
terfavorite ku hari ini dan selama aku masih bisa mendapatkan sinyal simpatimu.
Aku bersyukur jika kamu membaca setiap momen inersia rasa ku yang tak hingga.
Ini resultan momentum cintaku.23 October 2013
Inilah Rumus Cintamu ??
Saat kau genggam erat
kedua tanganku, hatiku tak bisa berhenti merasakan perasaan yang indah bahkan
begitu ajaib semua yang kurasakan itu. Selalu tercipta suasana baru. Sikapmu
yang begitu cuek itu menyelipkan sebuah perhatian yang sulit aku cerna dari
otakku. Karisma yang berada di dalam dirimu begitu sangat hebat memberikan hal –
hal yang selalu indah. Mungkin, aku mengagumimu hari ini. Namun, serasa berbeda
setiap kali bertemu dengan sosokmu yang seperti artistokrat itu.
Kau pintar memainkan
sebuah rumus – rumus seakan – akan aku harus mempelajari rumus – rumus fisika
dan kimia itu lebih dalam. Apakah kamu akan mengajari aku tentang rumus – rumus
itu seperti saat indahnya kota perwira diguyur air hujan? Inilah rumus - rumus cintamu untukku? Aku selalu bertanya –
tanya tentang hal itu. Namun, selalu kuurungkan niatku. Senyumanmu saat
pertemuan terakhir itu masih mengebat erat di dalam hatiku. Ingin kuutarakan
rasa rindu yang menggebu – gebu ini, pasti semua akan diabaikan. Aku tidak
berharap banyak darimu. Aku yang selalu ingin kamu perhatikan dengan cara
apapun kamu tetap diam. Ya, fase diam dan fase gerak itu semua adalah teknik
sikapmu yang seperti kromatografi. Semakin takut aku kehilangan sosokmu.
Aku kira jarak yang
cukup panjang itu akan memisahkan aku dan dirimu. Sebuah perjalanan panjang
demi masa depan kita berjuang bersama tepat pada tanggal dua belas juli dua
ribu tiga belas, kita di ikhrarkan terpisah. Sakit saat aku mendengar dan
mengetahui sosokmu memang harus benar – benar hilang dari hadapan bola mataku. Aku rapuh,
seketika aku merasa hancur – lebur hidupku tak berarti. Ku coba bangkit secara
perlahan – lahan dalam dua minggu itu, namun alhasil masih tetap nol. Ku
kirimkan message untukmu, tak satupun kamu membalas message ku.
Kamu pergi begitu saja.
Sangat datar perjalanan sepenggal kisah ini. Kamu di kota peristiwa pertempuran
lima hari dan aku di kota metropolitan, yang harus bisa menjaga diri dari
segala macam godaan. Dunia ini memang keras dan tak selebar daun kelor. Setiap
malam aku mainkan tut’s hitam dan putih itu untuk kamu. Setengah mati merindu,
tentunya merindukan sosokmu yang jauh di sana. AKU INGIN KAMU TAHU, AKU DISINI
MENANTIMU !! TAPI APA MUNGKIN KAMU SELALU MENUNGGU AKU?? TAHU PERASAANMU LEBIH
DALAM SAJA AKU TIDAK TAHU?? KAMU TOLOL, NTHAAA!! DIA TAK MUNGKIN DATANG MEMINTA
HATIMU !!!
Ku rebahkan bahuku di
pulau kapuk, ku tangisi kesedihanku, ku ratapi sepenggal kisah yang begitu
singat dan padat ini. Dua september dua ribu tiga belas aku bergegas meninggalkan
kota perwira, menerobos dinginnya angin malam di stasiun gambir. Menapakkan
sejengkal langkah, ku rasa aku akan temukan sesuatu yang lebih berharga di
sana. Aku mengantapkan semua dengan kerendahan hatiku. Suasana baru, hidup
baru, buang masa lalu, bangkit dari keterpurukan. If you want to do something
and feel it in your bones that it’s the right thing to do, do it. Aku
tersenyum, membiarkan laptopku menyala dan menulis sebuah upstat di faceebook
ku.
Sebuah Mantra Terucap
Sejenak aku bersandar
di bahumu dan aku tertawa ria menatap mega – mega hitam yang berarakan. Di sini
di kota perwira ini hadirkan sebuah kisah tentang aku dan dirimu. Pasir putih
yang berkilauan menyambut kehadiranmu penuh canda, tawa dan duka. Hari – hari
kulalui tanpa sepenggal kisah denganmu saja. Semua kurasa begitu indah dan
selalu manis. Sosokmu yang begitu sempurna dimataku dan selalu special untukku.
Gerak – gerik tubuhmu selalu manis, tutur katamu selalu terucap sebuah mantra –
mantra seakan – akan aku terhipnotis olehmu. Pancaran sinar yang begitu dahsyat
itu tersirat di bola matamu yang sangat indah mempesona mampu mengebat – ebat erat
jantung hatiku. Setiap kali bertemu selalu kurasakan debar – debaran yang
menyebar ke segala penjuru.
Bergayut diantara dua
daun jendela, aksara – aksara kian memanah raga ini, kau yang selalu aku
banggakan, selalu ada untuk waktu yang aku butuhkan. Sosokmu yang tak asing
lagi singgah di ruang hati ini. Kau tempatkan di sana, seolah – olah itu ruang
yang cocok untuk tempat peristirahatan. Indah bukan? Sungguh begitu indah. Ku
perhatikan setiap kali gaya bahasamu, satu demi satu semakin menunjukkan sebuah
keindahan. Kau memang tampan, sosokmu tak mudah untuk di cari. Ibaratkan sebuah
permata ataupun mutiara yang sangat berharga itulah sosokmu. Bukan tampanmu
yang kucari saat ini, kau memang jenius dalam setiap hal, action – action yang
kau gebrakkan selalu berbeda. Kamu memang benar – benar ada di ruang hati
kecilku.
Subscribe to:
Posts (Atom)