Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

09 December 2017

MENCINTAIMU SESAKIT INI #2

Hai, penghuni baru kalbuku. Selamat musim apa saja untukmu di sana. Mas sayang... Oops! Kau mampu membuat hariku hadirkan ruang nyaman yang tak mampu kugariskan untuk berhenti. Rasanya, aku seperti mengenalmu lebih lama hingga menjalar akar keseriusan tetapi nyentrik nan misterius. Huft...
Mas sayang, aku paham betul tentang arti rasa mas. Entah, aku tidak mengetahui gaya macam apa yang terjadi pada kompleksnya konflik kisah kita. Aneh sih, tiba-tiba datang memintaku untuk terikat dalam satu tujuan hidup yang sama. Nyatanya, kita hanya dipertemukan dalam ruang lingkup sederhana. Itupun sekitar sepuluh tahunan yang lalu. Unik bukan? Hmm...
Mas sayang, seandainya kau lebih memahami rasaku. Mungkin kau akan tahu seberapa dalam arti hubungan itu yang selalu kusinggungkan pada topik pembahasan kita yang easy going itu. Mungkin aku bisa mengikhlaskanmu tetapi tidak untuk saat ini. Karena aku masih menyimpan banyak hal yang ingin kutanyakan dan kuutarakan padamu mas sayang. Maaf bila aku menjadi resah tak bernada.
Rasa sayang boleh dimanjakan mas. Rasa cinta boleh untuk tidak diperjuangkan. Akan tetapi, tergantung pada dasar atas nama ketulusan mas. Dan itu belum ada padamu. Maaf bila aku merasa mundur. Yang kuinginkan adalah kita saling berjuang bersama bukan menjadi bidang miring. Mas sayang, aku tak mau banyak hal untuk menuntut ini itu. Aku ingin kau selalu menyayangiku lebih dari sekadar rasa tertarik. Meskipun aku paham hati kita satu dengan problematika yang sama. Percayalah! Kau orang kedua yang membuatku menangis tetapi kau orang pertama yang membuatku menjadi sosok wanita paling istimewa, mas.
“Tomat Merah,” ujarku pada chattingan kita. Oh ya, julukan untukmu itu karena kau setiap pagi memberiku emotion dua pipi merah tersenyum sih. Mas sayang, terima kasih atas semua rasa dan perjuanganmu untukku. Jujur, aku sangat bahagia dan sebaper ini. Mas sayang, mungkin banyak hal yang kau pertanyakan. Maaf bila aku tak mampu mengatakan satu per satu. Alasannya simple, aku mau kau tahu sendiri mas.
Mas sayang, seandainya waktu bisa kuputar mas. Rasa yang sekian beberapa hari ini sesungguhnya telah lama menggerogoti dunia kalbuku mas. Sejak kejadian tatap senyummu di ruang OSIS terakhir kali membahas topik album kenangan SMP. Namun, perlahan mampu kuredamkan untuk tak menyemburat lebih panas lagi. Ternyata, dari sekian lamanya waktu tak terduga itu mas, kini kumenemukan semua jawaban tersebut. Ah, sudahlah mas sayang! Cukup.
Pasrah aku untuk ke depan hubungan kita yang rumit, easy going ini. Mas sayang, satu hal lagi sih yang ingin kuabadikan pada racikan diksiku ini. Aku ingin tahu jika kau benar-benar memperjuangkanku sampai titik jenuh, apa pun resikonya akan kulakukan mas. Tapi sayang, semua tidak mengizinkan menjadi kita.
Terima kasih mas sayang tomat merahku. Jangan baper plis! Kumohon jangan tinggalkan kontak setelah kita tak benar satu. Pesanku sih tetap bahagia bersamaku dalam perasaan konstan mas. MINES; dua nama dua hati saling menghargai cinta itu adalah kita.

Untukmu mas sayang si pemilik zodiak cancer berkulit hitam manis pecinta futsal atau club Real Madrid.

21 October 2017

PEMUKUL KALBU TERBAIK

Hai, penjaga surga kalbuku. Sedang apa kah kau di sana? Di tempat barumu bersama Bapaku, apa kau bahagia menikmati senja di malam minggu ini? Oh ya, rasanya aku ingin berlari mengejarmu seperti ombak pantai yang menggulung kenangan kita sepuluh tahun lalu. Emm, seandainya mesin time travelling itu benar nyata ya? Pasti keseruan kita tak akan berakhir.
Oops! Kau tahu, hobi baruku yaitu mengabadikanmu dalam setiap alunan musik penaku berdiksi lho! Hehehe. Mas bermata sipit yang tak pernah lenyap dari biji mataku. Senyuman yang khas sepuluh tahun lalu nyaris meruah seluruh tarik simpatiku. “Duh, dek! Potong rambut kependekan.” Begitulah tulismu pada timeline akun line milikmu. Lucu sih buatku.
Sepuluh tahun kita sejajar melangkahkan sayap untuk mengitari dunia luas. Mudah saja kau jatuhkan aku pada ketinggian yang tak pernah kubayangkan. Kala itu kita masih sebatas bocah yang sedang bereksperimen tanpa beban menikmati rasa. Kini dua puluh lima tahun genap usiamu tersisa hanya untuk sepotong kenangan purba.
Aku tak tahu lagi, bagaimana caraku mengutarakan suara kekata hatiku yang kian mendesing hebat. Menggebu-gebu seakan yang kubahas rindu itu tak pernah padam. Mas bermata sipit yang kalem, jejak pada kain merah berbentuk itu selalu kupakai lho! Mungkin, aku tak banyak meninggalkan bukti adanya pernah menjadi kita. Karena aku takut terluka terlalu dalam dan betadine tak mampu menutup luka di ulu hatiku ini.
Mas bermata sipit pemukul alunan musik sepuluh tahun lalu. Semoga kau di sana, di tempat bersama Bapaku tetap sebahagia lukisan senja purba. Sederhana cara kita saling berbagi kasih. Jujur mas, aku hanya mau menegaskan tentang seribu alasan yang belum sempat kuutarakan, “mengapa aku pergi meninggalkanmu? Mengapa aku tak mau berfoto berdua denganmu? Bahkan mengapa aku tak mau menjadi seperti yang kau minta?” itu semua karena aku takut jatuh pada kedalaman yang sangat dalam kategori asmaraku.
Eh, mas penjaga surga kalbuku. Aku teringat sesuatu lho! Jika jauh sebelum kepergianmu yang abadi, kau berhasil mencuri pintu masuk pada mimpiku berulang kali. Semingguan ini kau kembali hadirkan senyum pada ranum bibirku yang hampir hilang itu. Bahkan tak pernah kulewati hari yang indah pada mimpiku, Mas.
Seandainya saja, kau seperti sinetron DIA yang sedang kutonton tiap malam untuk mengobati rasa jenuhku. Sungguh, aku tak tahu status kisah kita itu seperti apa sih?! Namun, sejauh ini aku masih menyimpan berkas kenangan purba yang pernah kita ciptakan bersama. Ya, walaupun terbilang sedikit gagal sih... Itu semua ada gadis si hitam manis itu, mas.
Rasanya aku tak akan pernah kembali pada tempat awal kita berdiskusi. Itu pasti, Mas. Bukan kode atau pun harapan palsu lho! Lapangan basket dekat rumah suci hijau itu. Yang ada pohon mangganya dan tempat jemuran. Hihihiii. Saat itu sangat meriah menyalakan api perjuangan generasi penerus bangsa. Nuansa agustusan yang berkesan ya, Mas?! Titik dua D. Jalan santai hingga ke tempat yang pernah kita telusuri hanya untuk menghabiskan bensin dan waktu bercanda membahas indahnya materi-materi soal ujian nasional matematika. Wajar sih, aku belajar mati-matian mencintaimu. Wkwkwk.
Ah, sudahlah mas pemukul drum pada pemakaman alunan musik kalbuku! Berbahagialah di sana bersama Bapaku. Selamat pagi mas bermata sipit dengan tinggi seratus delapan puluh dua centimeter, bermotor supra X hitam. Aku pamit mengakhiri canda pada sejumput aksaraku ini.

Mas bermata sipit Selasa Kliwon, yang tak pernah mati pada ingatan dan seluruh semesta kalbuku.

30 August 2017

BAGIAN TERMANISKU

Hai, pahlawan kalbuku! Seminggu genap ya, kepergianmu? Tak terasa cerita kita telah dibingkai olehmu terlebih dahulu. Oke. Aku tak mau basa-basi. Sekitar sepuluh tahun yang lalu, aku masih ingat lho waktu kita sering menghabiskan penat bersama. Bahkan, sebelum TUC UN SMP itu, kau sempat membuat cerita kita itu benar-benar nyata. Sayang, aku masih terbilang lugu di depanmu.
“Dik, maafkan aku yo? Aku gak bisa nepati janji ke kamu,” ujarmu lembut banget di depanku sambil menatap senyum yang kututupi dengan rambutku. Tahukah kau, aku merasa menjadi wanita paling bahagia hingga kini. Sebelum kepergianmu yang benar-benar itu, kau sempat datang dalam mimpiku beberapa minggu terakhir. Meskipun kau tahu alasanku (mungkin) yang tak mampu kuucapkan secara live. Ah, sudahlah!
“Dik, aku sayang banget sama kamu!” celotehmu tiba-tiba setelah kita menyudahi rindu. Saat itu, aku hanya mampu terdiam dan mencoba menyimpan rasa bahagiaku. Uniknya mas, kau selalu mengetahui hal apa yang kusuka dan tidak kusuka. Aku sempat berpikir untuk mengakhiri segalanya denganmu. Namun, seolah-olah Tuhan tak mau menjauhkan hatiku padamu. Karena aku terlalu benar-benar mencintaimu.
Nyatanya, aku lebih memilih untuk pergi darimu (dulu hingga kini). Tapi tetap santai, kita gak lost kontak sungguhan kok? Hehe. Ya, kita masih bisa bercakap walaupun tidak face to face. Selasa menjelang subuh, sesungguhnya aku ingin bercakap denganmu untuk yang terakhir sebelum kau pergi meninggalkanku ke tempat barumu. Mau gimana lagi, aku telah melepasmu pergi. Jauh sebelum kau memastikan.
Terima kasih ya mas, kau tidak melupakanku dan kau masih menyayangiku. Meski kutahu kau telah mencintai malaikatmu yang selalu bercerita denganku dan menyusun rencana kecil untuk kejutanmu. Dari situlah mas, aku mulai yakin bahwa kau akan bahagia bersamanya dan bukan denganku. Dua kali kita jalan bareng. Hari minggu juga lho, mengitari alun-alun yang berdekatan dengan ruang sejuk, di mana tujuan kita. Hihihii. Lucu bukan cerita kita yang singkat itu? Diam-diam juga kita pergi untuk jalan-jalan. Eh, malah gak tahunya ketemu dengan teman kita ya, si gadis hitam manis yang selalu keppo hingga kau mulai meragukanku karena kau lebih percaya dengannya daripada aku. Kecewa atau sedih sih, hal yang biasa untukku. Tenang kok, aku masih mengingat semua gesturmu berucap, menghiburku, membangkitkan rasa terbangku. Oops!
“Aku suka dik! Kenapa kau pergi ninggalin aku? Kapan pulang? Aku punya sesuatu lho,” ujarnya terakhir kalinya di tahun baru, Januari 2016. Aku pun terdiam dan kemudian mengembalikan topik perbincangan kita, yaitu laptop bodol. Namun, kau tak henti-hentinya membahas kita yang dulu.
“Dik, mengapa kau tak mau berfoto denganku? Mengapa kau tak menjawab pernyataan cintaku? Aku ingin dik, sehari saja kita resmi menjalani status berpacaran kalau gitu,” tanyanya sambil memejamkan mata via video call. Ketika itu hp kita sudah 3G. Hp nokia sih yang jadul itu hihihii.
Senyum yang lagi-lagi kusembunyikan membuatmu kesal ya, mas? Maafkan aku yang belum sempat menjelaskan misteri-misteri di dalam kisah kita. Hmm, aku bukan mantan kan ya? Wkwkwkwk. Oh ya mas, kau masih yang termanis di dalam hatiku. Walaupun kita sudah berakhir cukup lama. Tapi aku suka gaya rindumu mengekspresikan lewat unfollow dan follow di akun instagram. Sekarang aku hanya bisa ada yang mengkonfirmasi follow-anku. Karena kau telah benar pergi dari napasku.
Tuhan, tolong sampaikan apa yang kuceritakan ini untuk pahlawan kalbuku yang telah kau panggil untuk menemaniMu! Tolong jaga dia untukku, Tuhan. Karena selama sepuluh tahunan ini, dia telah menjagaku dari orang sekitar yang tak menyukai hal apa yang kuprioritaskan. Tuhan, terima kasih engkau telah membuatku merelakan dia jauh sebelum-sebelumnya. Semoga bahagia di sana ya, pahlawan kalbuku! Aku sangat mencintaimu dan menyayangimu dalam bahasa sastraku ini.
Kenangan tak akan pudar meski tertimbun puluhan tahun. Tetapi ia akan abadi dan tak akan pernah terlihat pergi sedetikpun.
Untukmu, mas yang bermata sipit di ujung kompleks rumahku dulu.
Yogyakarta, 30 Agustus 2017

01 November 2015

Mengingatmu Menyakitkan

Kala senja hadir di penghujung waktu. Rintikan hujan ini selalu mengisi ruang cerita nostalgia ku. Tapi... Aku ragu jika kamu adalah pelangi yang kutunggu dalam setiap rinai hujan ku. Aku lelah menunggumu. Menunggumu menangis ketika kau benar-benar jatuh cinta.

Di sudut semesta senja ini, aku masih memperjuangkanmu. Aku tahu, air mataku tak dapat di PHP-in. Meskipun hatiku dapat disibukkan. Rasanya, dua hal itu tak dapat kutahan lagi.

Apakah kau tak peduli dengan rasa rinduku semakin menggebu-gebu? Aku bosan berada dalam cawan rindumu terus-menerus. Aku jenuh dengan segala kode darimu. Salah jika aku takut melepasmu dengan ketidakikhlasanku? Lantas apa solusi yang paling tepat untuk kau dan aku agar tak saling melukai?

Mengapa cinta harus hadir dengan air mata? Bukahkah cinta terasa indah dan tak menyisakan perih di kalbu? Aku masih tak mengerti betapa manisnya cinta. Yang kutahu hanyalah terluka semanis coklat silver queen yang kau ikat dengan pita warna pink.

Apakah kau mengingatnya? Ah! Tidak mungkin kau mengingat hal itu. Bagimu itu terlalu tidak istimewa. Hmm... Begitu pula (mungkin) denganku, mengingatmu terlalu menyakitkan.

25 October 2015

Butiran Mutiaraku

Senja di sudut semesta temani rindu yang kian mengoyak-oyak resahku. Dinding jingganya semakin menebal meskipun tak terlihat nyata. Terkadang abu-abu seringkali kujumpai. Entah, hati kecil ini selalu berkicau tentang jingganya.

Aku hanya sebutir debu yang selalu ada untukmu. Ketika truk sampah telah penuh dan kamu justru merengkuhku kembali. Namun, seribu kali aksara yang kau racik tak pernah hilang dan sirna. Oh, kasat mata sampaikan selayang luapan jiwa gelisahku. Dalam senja kunikmati kepastian butiran mutiaraku semakin berkemilau.

Di ujung senja ini, semua karena cinta kan? Cinta yang tulus perlu untuk diperjuangkan! Aku berusaha menghadirkan cinta tulusmu, ternyata kamu mengajariku banyak cara untuk menikmati rasa sakitku hingga aku lupa rasanya diabaikan. Diam-diam butiran mutiaraku ini masih abadi milikmu, masih melekat untukmu, dan mungkin selamanya untukmu.

Aku sungguh tersiksa. Aku tak peduli seberapa rapuhnya aku untukmu. Yang aku tahu, aku berusaha tegar untukmu. Kau mungkin tak akan pernah tahu akan hal itu. Karena kau sibuk hehe haha hihi dan hoho pada pacar barumu yang seringkali kau pamerkan di beranda time line twitter dan line.

Kau pikir aku akan hancur jika tanpamu? Tanpamu? Cinta kita tak butuh status kepastian. Justru kau semangatku untuk belajar ketegaran. Ujian kesabaranmu tak akan pernah berhenti, itu yang aku tahu dalam otakmu. Butiran mutiaraku tak pernah salah jika terlalu sering hadir untukmu.

Rindu yang sudah lama berada dan bertahan hanya untukmu. Rindu yang masih setia dalam hatiku. Rindu ini masih berkicau mengisi hari-hari kesendirianku. Butiran mutiaraku ciptakan sejumput petikan rindu.

17 September 2015

Ksatria Kalbuku

Aku selalu ingat tentang rumus deret yang selalu kau ajarkan kepadaku. Kali ini bukan rumus deret matematika itu. Akan tetapi, deretan angka satu tujuh nol sembilan. Rasanya, aku tak ingin terlambat melewatkan moment saat ini. Sebelum hari ini berlalu merdu, move on ke hari kemarin. Aku hanya ingin mengucapkan syukurku telah mengenalmu sejauh ini. Meskipun kutahu pada akhirnya kita tak lagi saling terjaga.

Kepergianmu benar-benar membuatku sibuk mencari obat penawar setiap goresan aksaramu. Anehnya, sosokmu yang seringkali menyakitiku, aku tak pernah mengeluh dan memilih pergi menjauhimu. Bodohkah aku? Ah, itu yang kusebut pengorbanan tanpa syarat.

Kulihat jingga tak lagi berdebu. Sosokmu yang selalu kukagumi bahkan mengendalikan otakku setiap saat. Kini kau semakin dewasa dan kuharap beberapa sikapmu bisa berubah seperti power rangers dan naruto, kartun kesayanganmu yang kerap sekali kau ceritakan padaku, dulu tiga tahun lalu kita bersama.

Kutahu itu mustahil bisa dekat denganmu lagi. Bisa menatap kembali wajah ksatriamu yang tampan lebih lama. Aku disini hanya menangis diam-diam menyebut namamu dalam percakapan panjangku dengan Tuhan dan menumpahkan segala air mataku hingga berlembar-lembar goresan jari jemariku hadir untukmu.

Apakah kau tahu, aku segila ini memperjuangkanmu dengan mengatasnamakan cinta? Sayangnya, kau tak pernah paham dengan letupan keras isyaratku yang menyelinap diberbagai moment. Aku mencintaimu dengan cara gilaku memperjuangkanmu. Entahlah, hatiku ini terbuat dari apa? Aku tidak peduli apakah kau pantas kuperjuangkan atau tidak akan kuperjuangkan?

Aku pernah ada. PERNAH ADA!! Selanjutnya aku tak tahu lagi aku akan jadi siapa - siapa untukmu. Sekarang, aku lenyap dalam jutaan cawan rindu dan kesepianku. Hatiku memang tak pernah mengikhlaskanmu pergi. Namun, waktu tak menahanmu tetap berdiri disini, bersamaku, bersama kita saling bergenggaman, jari jemari kita bersetuhan.

Biarkan aku menjadi perindu setiamu. Perindu yang sabar menunggumu.Perindu yang tabah membangun just me and you again. Setiap kali one last time terancam runtuh.

Selamat ulang tahun, peracik aksaraku. Semoga panjang umur sang penggores kalbuku. Terima kasih ksatriaku telah singgah sejenak. Di bulan kesembilan ini dan di tanggal tujuh belas ini, kau masih segalanya bagiku. Hatiku masih untukmu.

Kamu selalu menghiasi air mataku. Sosok ksatriamu goreskan kalbu dalam cawan rinduku. Peracik aksaraku abadi setiap tarianku.

KAMU ADALAH MANTRAKU.

31 July 2015

Sibuk Memendam Rasa

Hai readers... Langit pagi hari ini sangat cerah bukan? Btw, aku gadis hitam manis yang memiliki segudang prestasi bela diri. Wow.. Aku tahu apa yang ada di otak kalian. Pasti kata "Keren! Hebat sekali !!" bukan? Hahaha.. Bagiku itu bukanlah hal luar biasa. Eitz.. Jangan bilang aku sombong!

BRAAAAAAKKKK !!!
"Tiara, jangan berisik! Nanti ketahuan Bu Irma."
"Maaf kak, aku tidak sengaja. Maaf." Sahut adik kelasku yang terkenal dengan keramahannya.

Dari belakang pintu ruang musik, sekujur tubuh berbadan kekar, langkah tegap, dan tinggi itu segera menyeretku pergi dari Tiara. Sementara sosok Bu Irma, guru BP sangat teramat galak telah terlihat nyata di depan bola mataku. Tiara membalikan badannya untuk menghindari Bu Irma.
"Tiara!" Tegas Bu Irma memanggil namanya sambil berdiri di depan ruang BP yang tak jauh letaknya dari ruang musik Tiara berdiri.
"Bu Irma?" Gerutunya. Jantungnya berdebar-debar sangat cepat dan segera menghampiri Bu Irma.

#      #      #       #       #

"Heh? Kamu masih punya PR dari aku." Ucap Cakka, teman sekelasku yang telah menyelamatkan aku dari Bu Irma.
"Ekhm.. PR apa lagi sih, Kka? Aku kan udah kerjain PR kimia kamu."
"Dasar ion Ag plus! Kamu habis berantem lagi kan sama waktu? Itu PR yang aku kasih belum kamu jawab sekaligus prestasi bela dirimu yang segudang ngalahin waktu."
"Hmm.."
"Makanya kalau tidur jangan kemalaman. Jadi kan gak kesiangan."
"Iya-iya. Lha kamu juga ngapain jadi followers ku sekarang?"
"Aku lagi apes. Disuruh berangkat sekolah jalan kaki sama mas Elang. Udah gitu diturunin di tengah jalan."
"Deritamu, Kka. Eh kita gak salah ini? Ngumpet di perpustakaan pagi-pagi."
Aku dan Cakka pun duduk di bangku tempat biasa.

Sejenak suasana terasa hening. Kini dikejutkan dengan ocehan bawel Shilla yang juga merupakan teman sekelasku.
"Lho, Cakka... Agni.. Kalian udah sampai duluan di perpustakaan?" Ucap Shilla sambil bertanya-tanya dalam hatinya. Kemudian disusul dengan langkah tegas Bu Irma. Seketika aku dan Cakka dengan refleks segera memamerkan senyum pepsoden ke arah Bu Irma. Setelah lima menit mengamati gerak-gerik kami berdua tanpa rasa curiga, Bu Irma meninggalkan ruang perpustakaan. Teman-teman sekelas pun segera berdatangan.
"Kenapa Shill? Ada yang salah denganku?" Ucapku dan Cakka bersamaan sambil menatap Shilla.
"Aduh.. Aku bingung ah dengan kalian berdua." Jawab Shilla sambil mencari novel kesayangannya yang akan di resensi.
"Oh ya Shill, kamu sedang cari buku apa?" Tanya Cakka hati-hati kepada Shilla.
"Cari novel kesayanganku, Kka. Yang mau aku resensi." Shilla menjawab dengan muka sibuknya dan nada sedikit manja.
"Oh ternyata dapat tugas resensi novel dan Bu Anggi izin." Ucapku dalam hati.

#     #      #      #

Jam istirahat telah berbunyi. Bu Nina telah mengakhiri mata pelajaran kedua, Biologi. Hari ini memang jadwalnya belajar di ruang perpustakaan. Lagi-lagi menyelematkan kembali.
"Kka, kantin yuk!" ajak Shilla menghampiri Cakka yang sedang merebahkan tubuhnya sejenak di atas meja.
"Gak ah Shill. Aku bawa bekal nih kesukaan kamu." Celetuk Cakka dengan cuek sambil membuka bekalnya.

Sementara aku sibuk dengan rumus-rumus kimia yang aku persiapkan untuk mengalahkan Cakka. Selama ini Cakka selalu mengungguliku dalam semua bidang studi. Namun aku juga tak kalah dengannya. Sejak kecil aku dan Cakka selalu bersaing ketat. Anehnya, kedudukan itu selalu bergantian dengannya.
"Shill, aku mau belajar dulu ya! Bentar lagi kan ulangannya Pak Atom Dalton." Ucap Cakka sesekali melirik aku sambil membuka buku catatannya yang kurang rapi.
"Yah, Cakka.. Aku suruh ngabisin bekal kamu sendirian nih? Gak asik ah! Bete ngetz!" Keluh Shilla membawa bekal Cakka ke tempat duduknya.
"Rasanya seperti di samber petir deh. Kenapa kretek-kretek gini sih hatiku?" Shilla berdialog dalam hatinya. Lalu mencuri-curi pandang aku dan Cakka.
"Kka, kasihan tuh Shilla, kamu cuekkin." Bisikku kepada Cakka.
"Terus? Aku sekarang harus nemenin Shilla makan?"
"Ya iyalah. Kan kamu udah bawain bekal buat Shilla. Lagian aku tahu, kamu pasti lapar juga kan. Sorry nih, aku lagi gak bawa bekal."
"Bilang aja. Kamu mau fokus ngapalin rumus-rumus kimia kan? Dasar ion Ag plus!" omel Cakka sambil menghampiri Shilla dan membawa bukunya.
"Akhirnya pengganggu konsentrasi pergi juga." Ucapku lirih tanpa memperdulikan omelan Cakka.
"Shill, bagi dong bekalnya!" Seru Cakka.
"Dasar cowok labil.." Celetuk Shilla sambil membagi bekal tadi.

Shilla dan Cakka pun saling menyuapin satu sama lain. Mereka terlihat sangat mesra. Kerap sekali setiap momen mereka terlihat romantis seperti itu. Namun di satu sisi aku dan Cakka sering mendapat julukan Smart Best Couple dari teman-teman seorganisasi aku dan Cakka, yaitu OSIS dan Ganesha Voice.

#   #   #   #   

Keesokkan harinya..
"Ciyee, Cakka dan Shilla makin so sweet aja."
Entah, ada yang salah mungkin dengan hati dan telinga ku. Ketika banyak yang menggosipkan Cakka dan Shilla berpacaran ataupun meledek mereka yang tengah romantisnya. Akhir-akhir ini sangat berbeda. Aneh! Mereka terlihat sangat romantis di depan umum dan tak seperti biasanya. Cakka sudah terlihat sangat jarang berbincang ataupun curhat denganku.
"Agni, kamu sudah membuat laporan pratikum titrasi minggu kemarin belum?" Tanya Andra, wakil ketua ekskul basketku dan menghampiri aku yang duduk tak jauh dari Cakka dan Shilla.
"Sudah. What happen?"
"Nyontek dong ion Ag plus"

GLEK !!

Hatiku mulai rapuh mendengar julukkan ion Ag plus. Kini sosok yang kerap sekali menjulukkiku tak mau lagi melontarkan julukkan itu. Aku ingin tahu apa yang ada di dalam otaknya? Bahkan hatinya seringkali ingin ku bedah? Apakah dia telah melupakan ataukah dia telah mengenangku?

Aku mulai menyukai hobi baruku, yaitu air mataku yang seringkali jatuh untuknya. Aku mulai menikmati kesibukkanku memendam rasa terhadapnya. Aku mulai bahagia ketika mengingat masa lalu kita. Bertengkar hingga berjam-jam, berdebat sampai larut malam hanya untuk memecahkan satu soal kimia, dan terakhir julukkan ion Ag plus, itu yang sangat membuatku sibuk untuk tidak menggubrisnya lagi.

"Aku mulai sangat terharu bahwa aku berhasil jatuh cinta dengan rasa sakit yang kau ciptakan." Dialog dalam hatiku dan Cakka bersamaan ketika saling menatap satu sama lain.

Cinta dapat disibukkan. Namun air mata tak dapat di pendam. Mungkin ini suatu reaksi perjuangan cinta kita.

"Kka, hatimu untuk Agni tapi ragamu ada bersamaku." Batin Shilla dengan menyibukkan diri, mencicipi makanan yang terhidangkan.

Ku mau kau tahu, hancurnya aku.
Saat tersadar, kau masih saja, berharap pada dia.
Yang dulu pernah hiasi.
Setiap harimu tanpa pikirkan perasaanku.
Kau hanya berikanku, harapan semu.