Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]
Glitter Words
[Glitterfy.com - *Glitter Words*]

28 July 2014

Kita, Teka-Teki Silang Biasa

Kala pagi terasa nyaman, ketika aku menatap keindahan itu. Entah, mengapa dari sedikit pembicaraan KITA yang singkat itu, aku sedikit sekali menangkap sebuah isyarat sederhana. Seperti dalam penjara yang berbulan - bulan, rasa penasaran ini serasa menjadi sebuah misteri. Ataukah kamu berhasil membuatku jatuh, tetapi kau mengangkatku hingga terbang ke nirwana surga yang kau hiasi dengan sejuta rasa. Kuperhatikan sosokmu bahkan kusempatkan melihat senyumanmu setiap malam sehabis makan malam. Mungkin, hanya reaksi molekul kecil dalam mimpiku berekspresi. Aku tak tahu mengapa aku menjadikanmu sosok penasaran dalam ingatan otakku? Terlalu singkat dilatasi waktu pertemuan KITA yang masih terjaga dalam desakkan angan gelombang yang akan menghanyutkan setumpukkan pasir yang terbangun di bibir pantai. Aku jenuh dengan segala pemberontakkanku. Aku terlalu lemah menjadikan daging yang tak bersua. Sekecil yang tak pernah kubayangkan dalam hitungan detik. Datar sekali perbincangan KITA yang masih terlelap dalam belaian seorang semu diantara KITA menjawab masa laiu. Tercabik - cabik gelisahku yang kian merana menjelma keegoisan. Adakah ruang yang selalu menjaga persinggahanku kala aku lengah? Adakah lentera yang tak bersulutkan api yang menyala - nyala? Aku hanya ingin memadamkan segala kejenuhanku. Dimanakah salju yang kupikir mengubur kekakuanku dalam diam rindu? Seperti tujuanku selalu menjadi hambar karena kemunafikkanku, menghasilkan reaksi yang tak sesuai. Aku terlalu rusuh dalam memainkan sebuah formula. Aku paham atas segala pola pikirmu yang seakan - akan itu isyarat terbesar yang ku yakini hingga sekarang. Di batas bibir merahmu, aku meneduhkan segala yang ku rengkuh. Namun, kau menghindar sentuhan kecil itu. Dan sosokmu pergi begitu saja tanpa sebuah suara. Termangu menjadi ciri khasku setelah sosok yang berbeda denganku. Harusnya kau jadikan perbedaan itu istimewa bukan perbedaan yang selalu menimbulkan perdiskusian antara perhakiman dan algojo yang mengatur. Inilah kita, teka-teki silang biasa.

DOA dan SENANDUNG

Senandung takbir yang masih berkumandang merdu. Melantunkan sayup - sayup sederhana yang mampu menghiasi lentera di kala pagi butaku. Terpaan angin yang semakin menumbuhkan rasa kesejukan mengundang segala seisi dunia seluas samudra. Embun pagi yang sering membukakan mata. Terkadang menetes tepat di jari jemari mungil ini. Sejuknya kalbu yang tak sebening embun. Mengisyaratkan sosokku yang tak pernah menjadi penangkal. Perucapan tanpa pelafalan tak akan menyentuh ke gendang telinga yang akan meneruskan ke rongga kecil yang masih tersembunyi di dalam lubang. Banyak peristiwa yang menjadi sebuah dasar pencerminan. Tutur tak semena dengan lidah yang tak sejajar dengan bibir. Kadang terlena ataupun lengah mewujudkan mantra yang tak sesuai. Dilatasi waktu yang tak sadar menyentuh organ tubuh. Hingga menghasilkan reaksi yang beracun di dalam hati. Namun, salahkah bila aku menjadikanmu tujuan dalam keterbatasanku? Aku insan yang bercela. Masih tersungkur di kakiMu, mohon beribu - ribu pengampunan atas perbuatan nista yang selama ini kukubur rapat - rapat dan ku biarkan hingga menjadi sepucuk gunung yang menjulang tinggi di bukit Kalvari. Sosokku tak dapat menyentuhmu yang terikat jarak ratusan meter. Bahkan detak yang tak berdenyut, nadi yang tak berurat, dan rasa yang berinteraksi dengan bibir. Terbanglah sebuah aksara memanah raga. Hari kemenangan yang terikrar sejak peluncuran kembang api yang ku lewati tadi malam. Aku ingin menjadi pribadi yang lebih baik. Menjadi pribadi yang tak mudah berucap nista, sikap yang selalu menyeret ke dalam pengadilan kini telah engkau bersihkan dari siksa. Kau mengajarkanku untuk berbenah diri hari ini. SELEMAT HARI RAYA IDUL FITRI 1435 H. MOHON MAAF LAHIR dan BATIN. :)

25 July 2014

Skenario Surat Kecilku, Tuhan

Tuhan, selamat pagi atau malam. Aku tak tahu disana sedang suasana apa? Jika engkau mengizinkan pelangi dalam hujan. Mari kita tengok bersama - sama. Aku seorang gadis kecil yang kau turunkan ke bumi yang menikmati segalanya yang sudah kau berikan. Aku ingin melihat sesuatu yang tak pernah ku  lihat dalam bayangan. Apakah engkau masih mendengarku? Tuhan, tak tahu lagi kemana jengkal harus melangkah melewati butiran - butiran abu. Yang ku rasakan adalah peristiwa yang begitu banyak aplikasi matematika. Aku merindukan kehangatan suci yang sekian lama ku cari. Yang ku dapati hanyalah mimpi. Sekian lama yang ku bangun selama lima tahun ini misi terfavoriteku. Terkadang ingin ku teteskan percikkan air mata. Rindu yang begitu mendesak tak dapat ku simpan lagi. Dalam jarak di altarMu aku bersimpuh duka nestapa. Satu yang tak terjelaskan dalam perucapan. Terbesit dalam pikiran tanpa halangan. Tuhan, aku tak minta banyak hal. Sampaikan rinduku untuk seorang dewi laksana yang dahulu sering menimangku kala masih bayi. Entah, dimana lagi aku harus betapa, bermain dalam skenarioMu yang teradaptasi menjadi kehidupan. Aku insan yang tak banyak petuah, dihadapanMu hanya sekedar jerami yang tak lagi kau butuhkan. Tapi aku begitu sangat nista jika ingin bertemu denganMu. Aku tak pantas kau renggut dari kekejaman dunia yang ku lihat. Mata yang telah kau beri. Tuhan, aku merintih bila aku hanya memberontak dalam diam. Lindungiĺah dewi laksana ku, setiap dalam keadaan terburuk. Jauh dari sudut pandangku itu yang mengharuskan aku untuk berpikir menjadi pribadi yang lebih baik. Izinkanlah diri ini menuliskan surat kecil untukmu. Aku memang sebatang kara yang masih memintaMu penopang. Aku dan skenario Mu yang akan ku nikmati sendirian menempuh perjalanan panjang. Aku tahu engkau memberiku kerikil kecil yang teramat sangat istimewa. Tuhan, aku tak begitu layaknya mengharapkan penyertaan. Boneka yang kau beri, aku sangat bersyukur menjadi teman terdiamku. Yang ku mau tunjukkan mukjizatMu. Mungkin, penantian tanpa alasan tak jelas akan terjawab kala aku menari di surga. Tolong jaga dia Tuhan, aku terlalu rindu dalam ratusan jarak dan bayangan semu yang terbiaskan oleh kenangan manis. Bahkan aku tak dapat menjangkaunya, kabar pun tak ku temui selama lima tahun ini. Adakah rasa rindu di hatinya Tuhan? Aku tak begitu minta yang terlalu suguhan istimewa. Cukup ku teteskan air mata yang kau isyaratkan dalam mesbahMu. Tuhan, aku ingin berjumpaMu melewati aliran sungai yang penuh ketenangan. MemelukMu kala dalam permohonan abadi. Sederhana sekali pilihan tujuan tarian ini. Tuhan, aku selalu menunggunya setiap hembusan nafasku. Namun, berakhir dengan pengabaian tanpa seribu alasan. Rindu yang menggebu - gebu itu singkat sekali menipis kala aku merenung termangu dalam pesakitan rasa. Aku bodoh!! Aku hanya bisa bertahan di kubang kecil yang ku anggap rumah terindah. Ternyata, bualan - bualan yang tak berbekas sangat menggores lembut. Ketertarikan ataukah hanya sekedar racun yang menyerang kalbu ini hingga meluruskan menjadi penyakit kebencian? Tidak! Bagaimanapun waktu yang bercerita diatas derita masih ada setumpuk derita lagi, tetaplah menjadi konsekuensi atas persoalan rasa. Kau cukup sabar mendengarkan ocehanku yang selalu saja tak bermakna apapun. Tahukah engkau Tuhan? Aku merindukannya dalam suat kecilku, Tuhan. Ini skenario surat kecilku yang ku kirimkan menembus biasan sinar istimewa.

12 February 2014

Air Mata Surga

Angin surga berhembus
Kala senja menyapa
Begitu merdu terdengar
Ku tatap arloji kian berputar
Serasa seperti ingin terbang melayang
Getaran - getaran merasuk tubuh
Menjelma menjadi satu kekhawatiran
Memandang alam sekitar
Pepohonan mendayu - dayu sampan
Percikan air mata surga
Membasahi bumi pijakkanku
Digilasnya tubuh mungil
Hingga berpendar tragis
Darah yang begitu segar
Mengalir meneteskan percikan
Air mata yang suci
Air mata surga keindahan
Yang menyiratkan sebuah keikhlasan
Senandung syair kepergianmu
Mengalun merdu hingga
Menusuk rongga dadaku
Yang telah hilang
Takkan datang lagi dihidupku
Namun..
Takkan pernah mati
Saat jauh dekat bersama
Sahabat
Selamat jalan kawan
Selamat ulang tahun
Kado terindah dariNya

26 January 2014

Penyemu Profesional

Kala itu..
Aku sendiri termenung
Perasaan benci
Menyelimuti kalbuku
Semakin hari mendesak
Gentar dan menyenak
Segenap samudra batinku
Kau..
Tumpahkan sebercak darah
Noda yang takkan pernah
Terkelupas lenyap seketika
Semula berawal
Dari tawar hatimu
Sungguh hebat
Kau memainkan adegan ini
Kau..
Penyemu terhandal
Seulas senyuman remang
Semu percakapan panjangmu
Merekayasa skenario hidupku
Penyemu profesional
Tidak beringsut dari bibirku
Selalu disebut - sebut

07 December 2013

Objek Tersembunyi

Kau..
Patahkan sayap cintaku
Ciptakan pesona pilu
Hempaskan kalbuku
Goreskan dalam tangis
   Kau..
   Renggut daku dari jerami
   Belah jiwa dadaku
   Tancapkan panah lentera
   Dihantam api temarang
Kau..
Jerat hasratku
Kian memanah raga
Merasuki denyut nadiku
Degup tersebar setiap penjuru
    Kau..
    Singgah sejenak
    Menuai kasih
    Abadi dalam sendu
    Pusatkan objek tersembunyi
Kau..
Putarkan strategi
Tarik - ulur mantramu
Tepiskan jemariku
Gugurkan mimpi

24 October 2013

Coretan Momentum Cintaku

Aku pikir, laboratorium kimia di Universitas Negeri Jakarta ini mungkin tempat yang pantas bisa mengalihkan perhatianku untuk menetralkan hatiku dari unsur rasa suka dan rindu yang mencapai titik  jenuh tertinggi, tapi kenyataannya berbanding terbalik. Mencoba melupakan segala tentangmu itu bagaikan sebuah melepaskan kalor leleh dalam reaksi eksoterem. Namun, ikatan hidrogen yang begitu kuat itu tak mampu meluluhkan hatiku untuk move on dari sosokmu. Dari bilik tirai berwarna merah muda aku terdiam merenungkan sepenggal perasaan yang semakin menyiksa diriku.
Berkaca pada rumus persamaan usaha itu membuatku menghargai adanya gaya tarik – menarik dan tolak – menolak yang berbanding lurus dengan lingkungan, kemudian dikalikan dengan kedua muatan dan berbanding terbalik dengan kuadrat jaraknya. Dimana panjang gelombang itu selalu kamu ciptakan seolah – olah kamu tidak menganggap aku ada di sini, sosokmu yang begitu special di ruang hampa hatiku itu semakin hari membutuhkan suatu energi potensial yang cukup luar biasa agar cintaku tak terpengaruh dengan adanya gaya.
Pertama kali melihat bayangmu tepat di titik fokus lensa kedua bola mataku, berdiri tegak, nyata, dan kamu begitu manis dengan kaca mata hitam serta jemper merah. Kau tampan hari ini, biarlah rasa itu temukan wujudnya seperti aliran gen yang perlahan namun pasti menuju kondisi stabil tak tergoyahkan. Kau yang begitu sempurna dimataku mampu mengubah dunia
percintaanku menjadi lebih sederhana. Hidup memang bukan sekedar  rangkaian rumus tapi bila sejuta feromon dijadikan satu, hanya kau dan aku yang akan memahami sinyalnya seperti lock and key dalam sistem enzim. Cobalah mengerti aku yang selalu menginginkan sosokmu di saat aku sedang sendiri.
Aku sadar ini hanya rasa suka dan rindu yang begitu dahsyatnya. Sosokmu yang selalu aku puja bahkan setiap hari aku jadikan pokok pembicaraan panjangku dengan  TUHAN. LIHATLAH, PANDANGLAH  AKU !! Aku terjerat di ruang hatimu, panah asmara yang kau tancapkan masih melekat direlung hatiku. Tanpa meminta izinpun kamu pergi begitu saja, melepaskan aku dari jeratan yang kamu ikat, betapa tidak mungkin aku harus belajar melepaskan kepergianmu ? Itu sungguh tak mudah yang seperti kau bayangkan.
Teknik pemisahan itu mulai muncul perlahan – lahan di setiap rangkaian peristiwa ini, fase gerak yang melewati tetesan air mata memisahkan fase diam yang menjadi sebuah emas. Untuk kamu yang selalu menghantui perasaanku, datang dan pergi begitu saja dengan seenaknya tanpa memikirkan orang lain. Sosokmu kujadikan sebuah pelajaran hal terfavorite ku hari ini dan selama aku masih bisa mendapatkan sinyal simpatimu. Aku bersyukur jika kamu membaca setiap momen inersia rasa ku yang tak hingga. Ini resultan momentum cintaku.